Bab 34

2.9K 140 4
                                    

Adit membetulkan letak peralatan makannya sambil dengan gelisah menunggu teman kencannya datang. Ini memang bukan pertama kalinya dia mengajak wanita kencan. Tapi yang ini lain. Kali ini dia mengencani wali murid anaknya sendiri yang notabene adalah perempuan baik-baik dan beda dengan teman-teman kencannya selama ini.

Jam tujuh lewat lima menit, Adit melihat mobil si wali kelas memasuki area parkir. Pintu mobil itu terbuka dan menampilkan kaki indah nan jenjang milik Miss Betty beserta sepatu hak tinggi sepuluh centi miliknya yang berwarna perak dengan hiasan permata kecil di sepanjang tali sepatu tersebut.

Pemandangan itu tentu saja mengejutkan Adit dan menarik perhatian mata para pria yang sedang berada di sekitar area parkir. Ditambah lagi, wanita itu keluar dari mobilnya dengan gaun hitam ketat di atas lutut, yang bagian atas bajunya terlihat terbuka sampai ke bawah dan hampir mempertontonkan keseluruhan bagian atas wanita itu dengan sangat gamblangnya. Adit berdeham beberapa kali untuk menutupi keterkejutannya atas perubahan gaya busana wanita itu.

Seingatnya, wali kelas anaknya itu tak pernah berpakaian terbuka sebelumnya. Dia mengira wanita itu memang gemar memakai pakaian sopan, tertutup dan membosankan. Tidak masalah sebenarnya bagi Adit gaya apapun yang dianut wanita itu. Yang penting dia bisa melewatkan malam ini dan malam sesudahnya tanpa memikirkan pengasuhnya lagi. Tapi ya... dia juga tidak bisa memungkiri bahwa pilihan busana wanita itu malam ini cukup mencengangkan.

"Sudah lama menunggu, pak?! Maaf saya telat ya datangnya?" sapa Miss Betty seraya menunggu Adit untuk memundurkan kursinya untuknya.

"Nggak kok... saya juga baru saja datang, Miss!" jawab Adit sambil memegangi kursi wanita itu dan menunggu sampai wanita itu benar-benar duduk nyaman di kursinya. Harum parfum yang berlebihan sempat menusuk hidung Adit beberapa kali saat wanita itu menurunkan badannya untuk duduk.

"Jangan panggil Miss lah pak kalau kita lagi berduaan. Rasanya agak terlalu formal."

"Trus panggil apa ya enaknya?" Adit malas sebenarnya mengganti nama panggilan itu. Dia sudah terbiasa memanggil si wali kelas itu dengan panggilan Miss. Tapi jika itu permintaan wanita itu, tak ada salahnya menurutinya.

"Panggil nama aja biar lebih akrab. Saya panggil bapak dengan nama bapak, begitu juga bapak ke saya hehehe..." jelasnya sambil meletakkan tasnya di kursi sebelahnya.

Adit mengangguk saja menurut. Ini hal yang kecil baginya dan dia tak keberatan. Namun... baru saja dia berpikir begitu, wanita di depannya itu tiba-tiba saja memanggil pramusaji dan memesan masakan dan minuman untuknya dan untuk Adit, tanpa sedikitpun bertanya pada Adit makanan dan minuman apa yang hendak pria itu pesan. Dia bahkan tak memberi pria itu buku menu dan memberinya waktu untuk memilih.

Hal ini mengejutkan Adit. Dia bingung sebenarnya. Mungkinkah wanita ini lupa, atau memang sudah sifat si wali kelas ini untuk memutuskan sesuatu seenaknya?

"Itu tadi sama makanan saya juga?" tanya Adit bingung, berharap jawaban wanita itu tak mengecewakannya.

"Oh kenapa? Jangan kuatir, dit. Di sini sudah langganan saya. Saya tau makanan mana aja yang enak dan cocok untuk kamu." Nada bicara si wali kelas layaknya bicara pada muridnya saja. Adit risih mendengar namanya dipanggil oleh wanita itu. Dia juga tak menyukai cara wanita itu yang seenaknya saja memesankan menu untuknya hanya karna dia sudah langganan di tempat ini.

Terderloin Steak Premium dan segelas Fruit Punch pun dihidangkan di depan Adit. Sedangkan di depan Miss Betty hanya Tuna Salad dan Green Tea Frappe. Parahnya, steak yang dipesankan buat Adit adalah yang medium rare. Sedangkan Adit selalu suka steaknya dimasak sampai well done. Dia jijik memakan makanan yang tidak masak betul.

"Kok nggak dimakan, dit? Enak lho itu... saya paling suka pesan menu itu kalau pas makan di sini!" Miss Betty memandang Adit dengan pandangan seakan-akan sikap Adit sangat tak berterima kasih padanya.

"Kalau kamu suka... kenapa nggak kamu pesankan buat dirimu saja. Ngapain pake mesanin buat aku segala." Tentu saja kemarahan itu hanya disimpannya dalam hati saja.

Dengan senyum yang dipaksakan, Adit berkata, "Saya lebih suka yang well done. Fruit punch ini juga bukan kesukaan saya. Biar saya pesan lagi aja!"

Adit memanggil pelayan lagi dan memesan Terderloin Steak well done dan segelas coca cola dingin. Makanan yang di mejanya pun dibawa dan diganti dengan makanan dan minuman yang baru dipesannya.

"Coca cola dan steak padahal nggak cocok lho dit. Steak yang medium rare juga sebenarnya jauh lebih enak daripada yang well done!" kritik si wali kelas itu lagi. Seakan-akan Adit baru saja melakukan kesalahan yang fatal.

"Ya... tapi saya lebih suka yang beginian," jawabnya singkat dan dingin. Dia mulai terganggu dengan cara bersikap wanita di depannya ini.

"Oke deh kalo begitu! Emmm... gimana nanti kalau abis dari sini kita ke bioskop. Kita nonton yang jam sepuluh malam sampai midnight biar seru. Ada film-film horror bagus yang baru tayang!" Miss Betty mencondongkan badannya saat bicara, sehingga kain gaunnya ketarik ke bawah dan hampir memperlihatkan lekukan area pribadi dari bagian atas tubuhnya.

Adit langsung menunduk dan memusatkan pikirannya pada steak di depannya dan menjawab, "Rasanya nggak bisa Miss... saya ada urusan lain."

Miss Betty menekuk bibirnya mendengar hal itu. "Dasar pria gila kerja! Ya uda deh... kapan-kapan kalo gitu."

"Mmm... itu juga saya nggak janji. Kayaknya harus liat-liat situasi dulu deh Miss!" Adit memang sedang berbohong saat itu. Dia tak ada kerjaan lain sebenarnya. Tapi kayaknya dia butuh waktu untuk keluar lagi dengan si wali kelas ini. Dia kayaknya belum terbiasa dengan sikap Miss Betty yang terlihat berbeda dari biasanya.

"Kok manggil Miss lagi sih?! Kan lebih enak panggil nama."

"Sorry saya nggak terbiasa. Lebih enak manggil Miss lah menurut saya. Manggil nama... kesannya sok akrab banget!" jawabnya tajam. Dia bahkan tak berusaha menampilkan senyum setelah berkata demikian.

"Oh maaf... saya hanya ingin lebih dekat dengan bapak. Kalau saya menyingung perasaan bapak, saya minta maaf. Saya sungguh tidak bermaksud sok akrab dengan bapak." Anehnya, gaya bicara dan sikap wanita itu tiba-tiba berubah menjadi sopan dan menatap Adit dengan raut wajah bersalah.

Adit hampir tersedak saking kagetnya. Wanita di depannya itu tiba-tiba menitikkan air mata. Gara-gara suara isakan Miss Betty, semua mata pengunjung memandangi mereka. "Lho Miss... jangan nangis! S-saya bukan tersinggung kok... sungguh! Cuman memang saya tak terbiasa. Aduh saya jadi nggak enak!"

Dengan sigap dia mengambil tisu di sampingnya dan membantu menyeka air mata Miss Betty yang sedang sesenggukan. Tak ayal, dia merasa bersalah. Dia mungkin terlalu keras pada wanita ini. Sikapnya terlalu dingin dan tak memikirkan perasaan teman kecannya itu. Wanita ini mungkin bersikap seperti itu untuk menyenangkan hatinya dan ingin jadi lebih dekat lagi dengannya. Dia yang salah paham dan dia memang yang harus disalahkan!

"Mmm... sebenarnya kerjaan saya malam ini bisa ditunda besok kok! Kalau mau... kita bisa pergi nonton," serunya berusaha menghibur Miss Betty dan ingin memperbaiki kesalahannya.

Senyum mulai merekah di wajah wanita itu. Dia bahkan berhenti menangis gara-gara perkataan Adit itu.

Tanpa pikir panjang lagi, Adit menelpon supirnya untuk mengambil mobilnya di restauran tempat mereka makan malam, supaya dia bisa pergi ke bioskop naik mobil Miss Betty bersama-sama.

"Baik pak. Tapi ini Miss Rina tanya, katanya bapak pulang jam berapa?" jawab supirnya itu kemudian

Mendengar nama Rina dan masih saja mendapati dirinya berdebar-debar saat mendengarnya, membuat Adit geram. "Bilang aja subuh mungkin... atau bisa aja nggak pulang sampai pagi!"

"Ya pak... nanti saya sampaikan."

Adit langsung menutup pembicaraan itu dengan kesal. "Miss nggak apa-apa kalau pulang subuh? Kita bisa mengobrol di café 24 jam kenalan saya setelah menonton film!"

Tentu saja Miss Betty mengangguk mengiyakan. Walaupun dia tahu keesokan harinya dia harus mengajar pagi di pelajaran yang pertama, tapi dia tak peduli. Dia takkan melewatkan waktu berkencan dengan pria tampan seperti Adit.

Kencan malam ini sungguh-sungguh akan menjadi kencan terpanjang sejarah percintaan Adit, pikir wanita itu kegirangan.

***




































MENIKAH KARNA DENDAM (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang