Apa salah? Jika kita memiliki rasa lebih kepada lawan jenis kita?. Kalau salah kenapa harus ada kehadirannya?.~AJAK AKU MENUJUH JANNAH
HAPPY READING ♥♥♥
*****
"Abang gak mau curhat ke aku? Ya,siapa taukan aku bisa sedikit membantu hatimu." tawarku,namun sebenarnya itu godaan buat abang.
"Kalau curhat ke kamu bisa jaga rahasia gak?" lanjutnya dengan rubah duduknya dan menghadap ke arahku.
"Insyaallah, tapi kalau keceplosan ya gak tau yah,hehehe"
"Aisss, yaudah gak jadi curhat" rajuknya padaku.
"Iya abang mau curhat apa sih? Insyaallah aman." kali ini bukan becanda ini sungguhan.
Abang masih bergeming dengan pikirannya,bergelut memilih kata YES OR NO. Satu,dua,tiga,empat,lima, hingga tujuh menit abang tidak mengeluarkan suara sedikitpun. Heh... Capek deh nunggu dengan hal yang gak pasti, mau curhat apa tidak, digantungin udah kayak jemuran aja. Aku yang tidak sabar dengan ke heningan ini pun ingin mengakhirinya.
"Abang... Kalau gak mau curhat gak apa, capek tau nunggu abang yang dari tadi natap aku seakan ingin bicara sama aku. Tapi dari tadi di tungguin juga, gak ngomong-ngomong isssh, capek tau nunggu".
Abang yang memandangi ku dari tadi pun terperanjak terkejut karna omelan ku barusan. Mengerjap-ngerjapkan matanya berkali-kali, karna.... Yah terkejut tadi, hehehe.
"Astagfirullah halazim, suaranya adek abang kok kayak mamak-mamak cempreng sih?." katanya sembari mengelus dada bidangnya itu.
"Enak aja, enggak ada ya, orang suara aku bagus juga." emang dasar tuh abang suka seenaknya kalau ngomong.
"Yang tadi gak ada bagus-bagusnya". Sanggahnya sembari mencubit lembut pipi kiriku.
"Ya... Abang sih, malah ngelamun, gak balas omongan ai, kan jadi kesel sama abang." aduku dengan gaya melipat tangan di dada dan sedikit memajukan bibir bawahku seperti anak kecil yang merajuk.
"Abang bingung ai, mau bilang atau enggak ya ke kamu?. Kalau gak bilang ganjel rasanya kak hati tuha. Tapi kalau bilang... Entar kamu nya-"
"Apa? Ember gitu? Iya?" potong aku tiba-tiba, dan terkesan menohok.
"Astagfirullah, ih kok tau sih" itu bukan jawaban yang sungguh. "Hehehehe, enggak lah, becanda abang. Kalau abang cerita ke ai abang takut salah doang ai,karna abang cowok sedangkan ai cewek."
"Yaudah kalau gitu, abang cerita ke akbar aja kan dia cowok" balas ku kelewat santai.
"Ih, males ah, akbar suka julid tau. Males kalau cerita ginian ke dia, yang ada nanti bocor lagi rahasianya."
"Yaudah, kalau gitu cerita ke abi. Mungkin kalau abang cerita ke abi, abi ada solusinya iyakan?."
"Iya juga yah, tapi takut tau kalau cerita cewek ke abi. Takut malah di suruh nikah entar."
"Yah bagus dong, Menikah kan, menyempurnakan separuh agama,dan salah satu ibadah yang panjang kan."
"Lagian dengan menikah kita tuh juga secara tidak langsung membuka gerbangnya rezeki abang" lanjutku.
"Iya emang, tapikan belum siap aja cantik" balasnya singkat.
"Gak siap apa? Lagian abang juga udah tua tau. Terus habis ini juga udah kelar S1 nya" timpalku dengan entengnya.
"Eh, enak aja, abang belum tua yah,dan kamu kira nikahin anak orang tinggal nikahin aja apa. Nikah itu harus ada kesiapan yang matang dari cewek sama cowoknya. Kalau cowoknya matang, mantep,siap buat nikah itu gampang. Yang susah itu iya kalau ceweknya mau di ajak nikah cepet, lagian dia juga belum lulus sekolah." celetuk dia tampa sadar dengan kalimat terakhir yang dia katakan. Aku yang mendengar itu langsung menghadap ke arah abang dan menatapnya menggoda.
KAMU SEDANG MEMBACA
AJAK AKU MENUJU JANNAH
Fiksi RemajaCerita anak remaja yang memiliki nama yang begitu indah yaitu zaina putri ar-raikhan. Dia sangat menjaga keimanannya,sampai suatu hari ia merasakan rasa yang sebenarnya tak pantas ia miliki,sebelum menjadi mahram lelaki tersebut."Ya allah kenapa deg...