[23] Kabar

1.1K 294 109
                                    

"Tolong tunggu aku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Tolong tunggu aku. Biarkan aku mendapatkanmu dengan cara yang benar."

Tertanda, Danuar.

•••

"Mau pesen apa?"

"Vanilla latte aja satu."

Jimin mengangguk atas ucapan gadis itu. Ia segera bangkit dari duduknya tuk temui kasir kafe tersebut dan menyampaikan pesanan mereka—ya, termasuk dirinya dan juga Taehyung.

Jika bertanya mengapa dirinya bisa sampai di sini, sebenarnya semua perihal pertemuan mereka hari ini adalah ide Jimin. Nomor ponsel gadis itu didapatkannya dari salah satu rekan satu jurusan gadis itu. Lalu Jimin memberikannya pada Taehyung—sosok yang menghubungi Lalisa tuk menjelaskan maksud dan tujuan pertemuan mereka.

Dan di disinilah mereka sekarang. Di dalam sebuah kafe yang cukup jauh dari wilayah kampus—sebab Jimin tidak ingin mengambil risiko besar tentang hadirnya sosok lain, sosok yang menjadi pihak kontra pembicaraan mereka kali ini.

"Kamu ... kepikiran ucapanku waktu itu, ya? Sampai mau ketemuan gini."

Mendengar ucapan Lalisa, Taehyung yang sejak tadi menjatuhkan pandangan pada kaca kafe dan mengamati banyak pengendara jalan menoleh, menatap Lalisa dengan helaan napas yang berat, "Ya."

Entahlah.

Taehyung bukan sosok yang mudah membuka komunikasi, dialog, atau apapun yang dibangun dua arah.

Hingga kala Jimin datang, membawa pesanan mereka dan duduk tepat di samping Taehyung yang berhadapan dengan Lalisa—gadis itu mengeluarkan satu senyum tipis, "Makasih, Jimin."

"Jadi, gimana?" tanya Jimin dengan senyuman terpantri.

"Beruntung banget Jennie bisa dapet cinta dari cowok kayak kamu, Taehyung."

Kini, Taehyung yang terdiam.

Terkadang, dirinya bertanya pada Tuhan. Jika sejelas itu Taehyung mencintai Jennie tanpa sedikit aksara pun terucap tuk validkan perasaannya—mengapa Jennie tak pernah sadar? Paling tidak, tanyakan tentang cintanya. Mengapa terus orang-orang di sekitarnya?

"Keliatan jelas?" tanya Taehyung, menatap Lalisa datar.

"Jelas banget. Cowok mana yang rela nyari kebenaran cuma buat keselamatan seorang cewek? Bahkan kamu sampai nyari tahu jadwal kuliahku ke dosen, temen-temen satu prodiku, supaya aku nggak punya alasan buat nolak maumu, kan?" Lalisa berujar begitu statis. Ia menyeruput minumannya. Gadis itu, telah temukan titik nyaman tuk bercakap dengan Taehyung—jauh lebih baik dibanding dulu. Sebab melihat keuletan Taehyung tuk membantu Jennie, Lalisa mampu temukan suaranya paling tidak, untuk keselamatan Jennie.

PANCARONATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang