"Aku tak mengerti mengapa semesta seolah mendukung posisiku. Siapa sebenarnya penjahat di sini?"
Tertanda, Danuar.
•••
Malam sudah bertahta, akan rasionalitas kepala yang diujung buana. Setiap belah kata, membuat sekian banyak spekulasi tanpa fakta.
Taehyung tak mengerti.
Tak paham mengenai urusan yang coba ia lurusi di sini. Membuatnya menunggu bagai seoongok nyawa yang bodoh di atas balai duduk.
Entah tentang kecurigaan sungguhan atau pemanfaatan keadaan yang tanpa sadar membuatnya miliki alasan agar sang pujaan memutuskan pilihan.
"Udah jam sepuluh malem, anjing. Kok belom pulang juga?" gumamnya gusar, menatap hamparan bintang dari bale-bale di halaman kost.
Nyaris tiga puluh menit ia habiskan hanya untuk menunggu kepulangan Jennie yang entah kapan. Tak berani bertanya lebih soal waktu pulang gadis itu sebab Taehyung sendiri bukan orang yang tak tahu diri.
Sepuluh menit berjalan kembali, membuatnya sontak meluruskan kepala ke depan dan mendapati sorot lampu mobil menyalang begitu tajam.
Taehyung mendengus, itu mereka.
"Bye, Kook!"
Dan kala Jennie melangkah ke arahnya, Taehyung temukan gadis itu yang berbinar ceria. Senyum mengias di sungging bibirnya yang dilapisi warna merah muda tipis. Rona bedak yang Taehyung—tak tahu itu apa, mengias di sepanjang garis pipi gadis itu. Merona, cantik.
Jennie berdandan untuk bertemu Jeongguk? Tentu saja.
Mengapa pertanyaan bodoh itu harus mampir ke dalam sel otaknya, meracun setiap spekulasi sialan yang sudah pasti nyata.
"Kamu kok di sini? Malem-malem gini?"
"Lo yang dari mana. Pulang kok malem-malem?" sahut Taehyung datar, melipat lengannya di depan dada.
Jennie yang disambut dengan nada seperti itu mengerutkan kening. Ia tak paham apa yang terjadi, pula tak mengerti sebab mengapa Taehyung menjadi seperti ini, "Kamu kenapa? Aku ada salah?"
Taehyung berdecak halus, ia bangkit berdiri, mendekati Jennie yang juga turut melangkah ke arahnya. Kala keduanya sampai di titik saling berhadapan, Taehyung memperhatikan Jennie dari atas ke bawah, "Lo cewek. Pulang jangan kemaleman."
Mendengarnya, Jennie menghela napas pelan, "Sekali-sekali doang, kok. Lagi pula aku—"
"Sekali—ngerasa wajar, akhirnya jadi kebiasaan."
"Nuar, dengerin dulu. Jangan potong omonganku. Aku loh ya pergi enggak sendiri. Bareng Jeongguk, aman."
Dan Taehyung terpaku di sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
PANCARONA
Fanfic[ Completed ] Hanya sepenggal cerita tentang bagaimana si berandal Danuar memuja sahabatnya sendiri, sosok Jennie yang begitu berharga baginya. Cintanya. Gadisnya. Pancaronanya. Hingga semakin hari semakin bersinar bersama pemuda, yang bukan dirinya...