Sangat direkomendasikan buat play mulmed dulu sebelum baca :)
•••
"Jika ini persoalan hati, maka tak ada siapapun yang berhak datang menghakimi."
Pancarona ;Kth.
•••
Tiga hari sudah berlalu, banyak hal yang sekiranya membuat lega. Bunda sudah tak lagi mengalami sakit, ia sudah sehat pun kini bisa berbaur dengan Ibu-Ibu sekitar rumah seperti biasa.
Jennie memandangi Bunda dari teras rumah, tersenyum simpul melihat Bunda yang membeli sayuran segar sekaligus bercengkramah ria dengan tetangga-tetangga lainnya.
Ia melangkah, menghampiri wanita paruh baya itu untuk mengambil jemarinya; salam.
"Bun, Jennie berangkat, ya."
"Sendirian, Nak?"
"Engga, nanti Jeongguk jemput di persimpangan toko buku yang ada di depan jalan. Sekalian beli sesuatu dia di sana," ujar Jennie.
Sinta menghela napas. Entahlah, rasanya Jeongguk bukan pilihan yang baik. Kemarin lusa, Jeongguk sempat datang pula ke rumah, membawa bungkusan buah juga titipan bubur. Sinta senang, anak perempuannya mendapatkan pemuda yang nyatanya sayang keluarga juga. Namun, saat Jeongguk datang wajah Jennie tidak seceria biasanya. Cenderung murung.
Padahal jelas pagi harinya gadis itu tertawa banyak bersama Taehyung hanya karena mencuci piring bersama di dalam dapur.
Tawanya benar-benar sampai ke kamar Sinta.
"Masalahnya udah selesai sama Jeongguk?"
"Udah, Bun."
Di sana, akhirnya Sinta mengangguk, "Hati-hati, ya, di jalan. Jangan sedih-sedih lagi, Mba."
•••
Sore hari, di sini keduanya singgah. Setelah hari yang cukup melelahkan karena keteledoran satu mahasiswa di kelas, segala macam petuah keluar dari dosen mereka—yang jelas cukup menambah pikiran di kepala.
Ya, satu kelas terkena imbas.
Tak terkecuali Jeongguk dan juga Jennie. Itulah sebab mengapa dua insan itu kini terduduk manis di satu meja kafe yang kaya aroma kayu juga kopi. Merendam tangis langit yang nampaknya tengah miliki masalah. Senja kali ini hujan.
KAMU SEDANG MEMBACA
PANCARONA
Fanfiction[ Completed ] Hanya sepenggal cerita tentang bagaimana si berandal Danuar memuja sahabatnya sendiri, sosok Jennie yang begitu berharga baginya. Cintanya. Gadisnya. Pancaronanya. Hingga semakin hari semakin bersinar bersama pemuda, yang bukan dirinya...