"Tembakau kalah pahit kalau disangkut-pautkan dalam cerita kita. Atau, ceritaku sendiri yang di dalamnya penuh denganmu tanpa hak cipta."
Tertanda, Danuar.
•••
Maka hanya ada sunyi kala kasa basah alkohol mulai menyentuh sisi lukanya. Terkoyak begitu saja di bagian punggung tangan disertai lebam. Beruntung lawannya bodoh hingga Taehyung dapat menang meski harus sedikit mengeluarkan usaha.
Sebab luka yang sebegini kecil, tidak ada apa-apanya bagi pemuda Sulawesi tersebut.
"Udah dibilangin tapi kok kamu bandel banget, sih, Tae? Kali ini masalahnya apa lagi?"
"Setan satu itu nuduh gue nyalin makalah dari google. Jelaslah emosi, mana dosen ikut nimbrung. Loh ya gue ngotak-ngatik referensi sampe subuh dia enak banget ngomong gitu."
"Terus kamu emosi?"
"Jelas. Langsung gue tarik baju dia terus nonjok. Kepalang tanggung kalau cuma dorong meja."
Bersumbu pendek. Tabiat berandalannya belum hilang juga.
"Kamu ... di skors nggak?" Ada hembusan napas berat kala pertanyaan itu keluar dari belah bibir Jennie.
"Iya. Lumayan. Jernihin otak tiga hari bisa mabar sampai malem!"
"Ish, apa-apaan?! Kebiasaan buruk kamu itu jelek banget, tahu!"
Namun, pemuda itu justru tertawa, mengusap sudut matanya kala dirasa ada air yang keluar dari sana; akibat terbahak tadi. Muncul determinasi warna yang begitu hangat—nan kokoh ia rasakan pada relung hati. Jennie terlampau manis hari ini—atau, memang, tidak peduli apapun gadis itu akan tetap manis. Bagaimana gurat kening yang menekuk sebal, pula belah bibir mengerucut lucu.
Manis. Manis. Manis.
Candunya seorang Taehyung Danuar Saka.
"KOK KETAWA!? IH!"
Lantas tawanya terhenti oleh ringisannya sendiri, "Jangan diteken lah, ish, goblok banget, lo!"
"Siapa yang kamu bilang goblok, hah!?"
"Ya elolah, masa gue? Nistain diri sendiri, gitu?"
Maka setelahnya giliran Jennie yang berdecak kesal. Tak habis pikir soal bagaimana pemuda itu berkata sedemikian enteng—Jennie total habis kesabaran.
Dan kala matanya mendongak, bertemu dengan manik sehitam jelaga milik pemuda Danuar menatapnya nyalang, Jennie mendengus pelan.
"Capek aku sama kamu, udah dikasih tahu ngelunjak. Giliran luka pasti aku yang obati—"
"Gue nggak pernah minta, tuh?"
"DANUAR! KAMU BISA SEKALI AJA PAHAMIN MAKSUDKU, NGGAK, SIH!?"
Jennie memekik.
Gadis itu bangkit dari duduknya, merapihkan peralatan kesehatan dan ia letakan di samping si pemuda.
"Malam nanti ganti perban kamu. Nggak dilakuin, aku marah."
"Bukannya lo sekarang udah marah?"
Belum habis menggoda, Taehyung menerima tatapan mematikan milik Jennie; gadis itu kesal sungguhan. Hingga pada akhirnya Taehyung mengangkat kedua telapak tangan tanda damai. Mengangguk-anggukan kepala seolah setuju.
"Oke-oke. Sans. Iya gue ngobatin sendiri. Gue 'kan mandiri."
"Ya. Bagus. Soalnya aku mau pergi, jadi malam nanti nggak bisa gantiin plester kamu lagi."
"Pergi kemana?"
Menghela napas pelan, gadis itu bangkit dari duduknya, "Pergi makan sama Jeongguk, anak Kedokteran yang aku bilang waktu itu."
Setelah bergegas hingga mencapai kenop pintu, Jennie berbalik, "Aku serius bilang nanti malam nggak dateng ke kosanmu. Jadi, lukanya harus bener-bener diobatin. Awas kalo enggak! Aku penggal kepalamu!"
"Halah, masuk penjara lo yang ada. Dipecat anak sama Bu Kos, terus jadi sebatang kara. Tamat."
"Dih. Mulutmu ada-ada aja. Udah, ah, bye!"
Dan kala pintu kosannya tertutup; ada helaan napas lelah yang keluar dari belah bibir si pemuda Danuar. Mengusap dua plester bermotif doramemon di punggung tangan, pemuda itu terkekeh kecil.
Rasanya aneh disaat membayangkan bahagianya dijemput pemuda lain. Ada rasa sakit yang berusaha Taehyung tahan dalam satu tarikan napas. Membuat akalnya terpelanting jauh hingga sadar bahwa definisi manis; tentu akan dikelilingi banyak semut nakal. Mencari peruntungan, siapa yang akan menang.
Dan Taehyung, yang sejak awal terlalu kolot tidak pernah sekalipun unjuk badan lebih. Sebab ia yang sebegitu pengecut, akan terus tersenyum kecut. Total bungkam kala ada penghuni lain yang masuk dalam teritori gadis kesayangannya.
Lantas pemuda itu membuka sekotak tembakau—rokok, membakarnya diujung dengan korek gas, lalu menghisap hingga asap kelabu keluar dari belah bibir gelapnya.
"Dasar cemen!"
•••
A/N
Polah kata Jennie ke semua orang = aku-kamu.
Polah kata Taehyung ke semua orang = gue-elo.Semoga kalian enjoy di book ini as much as i enjoyed writing this. Jangan lupa, ramaikan votes dan kolom komentar😉 Gimana book ini menurut kalian?
Pancarona, taecax!🖤
KAMU SEDANG MEMBACA
PANCARONA
Fanfic[ Completed ] Hanya sepenggal cerita tentang bagaimana si berandal Danuar memuja sahabatnya sendiri, sosok Jennie yang begitu berharga baginya. Cintanya. Gadisnya. Pancaronanya. Hingga semakin hari semakin bersinar bersama pemuda, yang bukan dirinya...