[22] Berbeda

1.2K 308 128
                                    

"Aku hanya perlu waktu tuk sembuhkan lukaku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Aku hanya perlu waktu tuk sembuhkan lukaku. Namun bukan berarti karena itu, aku akan melupakanmu."

Tertanda, Danuar.

•••

Pagi pertama, bagi mereka yang kemarin malam baru saja diterpa duka. Bagi mereka yang kemarin malam luluh lantas atas rasionalitas kepala yang terkikis kian tajam. Bahkan aroma embun pagi pun tak membuat secarik senyum manis ada. Kosong. Sepi.

Dan untuk pertama kalinya, Jennie Andara Utama bungkam seribu bahasa kala maniknya bersibobrok dengan kelamnya jelaga sang sahabat. Taehyung pun begitu, terpaku beberapa saat sebelum melayangkan senyum tipis dengan kalimat, "Gue duluan, Jen." Sebagai ungkapan bahwa pemuda itu pamit tuk berangkat lebih dulu ke kampus. Menyalakan motor retronya dan berlalu begitu saja, keluar perkarangan.

Namun Jennie menangkap satu hal yang jelas berbeda.

Senyum pemuda itu, hampa.

Tak ada binar di matanya.

Bersamaan dengan hilangnya ajakan berangkat bersama yang dahulu selalu menjadi tabiat.

"Wajar Nuar kayak gitu ...," dan di sini tertinggal dirinya yang masih menyalahi diri, masih menimbun sekian banyak beban pikiran di kepala atas keputusannya malam kemarin. Atas sikapnya hari ini yang juga tak mampu banyak bicara kala Taehyung memilih pergi.

Tak lama dari itu, Jennie mengambil keputusan tuk membuka layar ponsel. Mencari ikon hijau tuk menjemputnya datang ke kampus sebab Jeongguk‒kekasihnya, lagi-lagi membatalkan janji. Ada urusan mendadak, katanya. Masalah keluarga yang Jennie pun masih terlalu sungkan tuk ikut campur.

Di hari yang masih begitu dingin, untuk pertama kalinya Jennie memesan kendaraan online tanpa ocehan sang sahabat yang biasanya terlampau rewel masalah keselamatannya.

Benar.

Kurang dari dua puluh empat jam, sudah ada keseharian yang berubah.

•••


Kini senja bertahta, bersama segala hembus udara yang terlalu panas meski mentari telah bersembunyi malu. Ada sepasang mata yang merekam gerak-gerik seseorang. Helaan napasnya terdengar pelan pun gigitan di bibirnya sendiri tak bisa terelakkan.

Jennie menangkap presensi Taehyung di kantin prodi miliknya. Pemuda itu duduk di salah satu meja dengan sampiran tas punggung. Jemarinya sibuk pada ponsel, terlihat abai sekalipun beberapa orang melirik ke arahnya.

Ya. Cap begundal nakal tak pernah lekang di setiap langkah pemuda itu.

Lebih-lebih terkait masalah beberapa bulan lalu dengan jagoan gedung kedokteran—nama Taehyung Danuar Saka semakin dikenali. Sebagian memang membenci, muak dengan lagak dingin pemuda itu, namun, sebagian pun tak bisa menahan belah bibir tuk memuji. Bagaimanapun juga; Taehyung itu tampan, miliki aura, tampilannya menarik dengan jaket belel pun jeans sembraut miliknya.

PANCARONATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang