[16] Dusta atau Bukan?

1.6K 349 106
                                        

"Mengapa semesta selalu memaksaku, untuk selalu memikirkanmu?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Mengapa semesta selalu memaksaku, untuk selalu memikirkanmu?"

Tertanda, Danuar.

•••

Ada perbedaan signifikan yang terjadi. Layahnya suatu tabiat yang dipaksa berubah; mungkin itu keadaanya saat ini. Kini, tak ada lagi pagi dengan kicauan bising si pemiliki hati. Tentang bagaimana riyuh cakapnya, tentang bagaimana rumit jadwal kuliah mereka hanya untuk berangkat pergi bersama- sama.

Kini ... hanya deru mesin yang Taehyung dapati kala tubuhnya keluar.

Lengkap dengan mobil hitam yang menjauhi perkarangan—tanda bahwa Jennie telah dijemput oleh kekasihnya.

Taehyung menghela napas sumbang, mendongak untuk sekadar menyapa wajahnya ke udara.

"Sialan," lirihnya mengumpat pada semesta.

Bisa apa dirinya jika memang yang disandingkan dengannya adalah representasi dari keunggulan seorang pemuda. Bisa apa dirinya jika memang yang dilawannya adalah perasaan suci dua anak manusia. Taehyung tak bisa berbuat banyak. Terlebih menjadi jahat hanya untuk menyelamatkan hatinya.

"Taehyung!"

Pemuda itu menoleh,

ditemukannya sosok asing yang tak pernah sekalipun dirinya lihat.

Dari pakaiannya saja, Taehyung tahu pemuda ini manusia berada. Terlihat dari baju dan sepatu bermerek yang dipakainya. Berusaha abai, sebab memang Taehyung tidak sebaik itu untuk menyahuti orang asing.

Taehyung melangkah menuju motornya, berancang-ancang menaikinya sebelum, "Taehyung. Itu nama lo, kan? Gue anak baru di kost an ini. Kamarnya di seberang kamar lo."

Maka Taehyung menghentikan gerakannya.

Ia tahu jika memang kamar di seberangnya sudah kosong satu minggu ke belakang. Namun, pun jika diisi oleh orang lain, demi Tuhan itu bukan urusan Taehyung. Tabiatnya yang tidak peduli mengenai lingkungan membuat pemuda itu terbiasa hidup penuh akan pengabaian.

"Oke? Tapi itu bukan urusan gue," balas Taehyung yang singkat, rendah, menatap pemuda besurai cokelat almond itu terdiam sejenak.

"Gue udah kenalan hampir semua anak kost, supaya nanti kalau perlu komunikasi gampang. Nah, tinggal elo," ingin ia melanjutkan tentang; 'gue udah denger kalau lo paling ansos dan susah buat diajak ngobrol karena lo serem, galak, anjing katanya'. Namun segera ditajan sekuat tenaga dan melanjutkan dengan, "gue tahu mungkin perkenalan ini nggak penting. Cuma karena lo salah satu yang paling deket dari kamar gue ... gue mau kenalan aja. Nggak papa kan?"

Taehyung tak suka, sejak pertama kali pemuda diolah kata.

Terlalu berisik.

"Ngomong apa, sih, lo, bangsat. Kenalan kayak air kan bisa. Nggak gini."

PANCARONATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang