"Nyatanya, sakit atas penolakanmu jauh lebih nyata dari luka basah pun kering yang pernah kurasakan."
Tertanda, Danuar.
•••
Kala hasrat sudah lelah, maka raga tuk lanjutkan kegiatan pun rasanya hampir runtuh.
Tak pernah terbayangkan di malam itu, dirinya menemukan presensi sang sahabat sebagai satu peringatan besar. Tentang bagaimana Jennie mulai menyadari bahwa sosok itu—sosok yang selalu ia banggakan sekalipun seisi bumi luarbiasa mencaci—memperlakukannya selayaknya ratu hati.
Dan dengan bodoh; ia terlambat menyadari itu semua.
Terlambat paham jika semua sikap, kenyamanan, bahkan rasa 'aman' yang Taehyung beri adalah bentuk kasih putih dari lubuk hati pemuda itu. Bagaimana Taehyung yang sering ceroboh akan dirinya sendiri selalu menomorsatukan keselamatan Jennie, bagaimana angkara yang keluar dari belah bibir Taehyung ialah kekhawatiran seorang lelaki yang cintai seorang gadis dengan manusiawi.
Maka untuk pertama kalinya, sedetik kala dirinya turun dari motor retro Taehyung, Jennie tak lakukan apapun—hanya berucap; terimakasih—dengan begitu singkat lalu masuk ke dalam rumah. Tak ada lagi ucapan; hati-hati, selamat malam, jangan tidur kemalaman—tuk peringati pemuda itu atas tabiat buruknya.
Semuanya, semakin berubah.
Jennie masih memproses segalanya.
Pernyataan pemuda itu.
Perasaan pemuda itu.
Dan lama waktu yang nyatanya mampu tuk menampar Jennie atas ketidaktahuannya. Tiga tahun? Apa yang lebih gila dari itu?
"Hhhh ... tadi itu apa?" gumam Jennie setelah sampai di kamarnya. Ia melepaskan ransel, membuangnya di atas ranjang bersamaan dengan tubuhnya yang terduduk di sana.
Dan entah mengapa ... Jennie rasakan pilu yang luar biasa hebatnya. Hatinya bergemuruh perih, atas penolakannya pada pemuda yang sejak dulu selalu bersamanya.
Jennie menangis? Ya.
Menatap lantai kamarnya dengan pandangan kosong.
"Hhs—a-aku ... berarti ... hh, aku jahat banget sama Nu-nuar selama ini ..."
"N-nuar ... maafin aku ..."
Tak lama, ada ketukan pintu yang menyambangi indera pendengaran Jennie. Gadis itu terkesiap, kala yang membukanya ialah sang Kakak. Pemuda yang kini melangkah cepat ke arahnya, terduduk panik di sampingnya dengan bola mata melebar.
KAMU SEDANG MEMBACA
PANCARONA
Fiksi Penggemar[ Completed ] Hanya sepenggal cerita tentang bagaimana si berandal Danuar memuja sahabatnya sendiri, sosok Jennie yang begitu berharga baginya. Cintanya. Gadisnya. Pancaronanya. Hingga semakin hari semakin bersinar bersama pemuda, yang bukan dirinya...