"Siang itu sebenarnya aku ingin bertanya satu hal padamu; apakah tangisku menjadi kelemahanmu seperti aku menganggap tangismu sebagai kelemahanku?"
Tertanda, Danuar.
•••
Lebih dari yang orang lain tahu, mungkin Taehyung menjadi satu-satunya orang yang mengenal Jennie luar-dalam selain keluarga gadis itu. Mereka terlalu sering menghabiskan waktu bersama di tiga tahun ke belakang. Terlalu banyak cerita yang ingin ia ucap namun kini tenggelam bersama rasa pahit akan pertanyaan-pertanyaan yang gamang.
Pantaskah ia marah?
Pantaskah ia kecewa atas apa yang sebenarnya bukan salah gadisnya? Tidak. Tidak pantas. Wajar bila Jennie berkata tegas akan perilaku hero yang Jeongguk lakukan, sebab tanpa bisa disangkal, Jeongguk ialah sosok yang mulai masuk dan diberi kepercayaan lebih oleh Jennie.
Kini, tempat itu bukan hanya diduduki Seokjin dan Taehyung—tapi Jeongguk juga.
"Taehyung dengerin aku!"
"Tae, aku mohon. Aku bener-bener nggak ada maksud buat mancing mereka bilang hal-hal buruk tentang kamu!"
Taehyung mempercepat langkahnya, menghindari kejaran Jennie. Sebab ia tahu dirinya bersumbu pendek. Ia hanya tidak ingin, ada satu kata menyakitkan keluar dari bibirnya tanpa sadar kepada Jennie.
"Taehyung, kamu denger aku, kan?"
Jalan, Danuar.
"Aku, aku minta maaf. Aku yang salah. Kenapa masih terus—hh—jalan?"
Jangan noleh.
"Danuar aku—aku minta ma-maaf! Tapi jangan marah sama aku begini—hkss."
Detik itu Taehyung tertegun. Pemuda itu mendengar jelas derat langkah Jennie yang terputus, disusul dengan suara isakan yang paling dirinya benci.
Jennie tidak boleh menangis.
Maka itulah sebab pemuda dengan nama tengah Danuar tersebut berusaha menekan ego yang hampir menguasai kepala. Ia memberhentikan langkah dengan jemari yang kian mengepal kuat, Taehyung menetralkan jantungnya dan mengambil satu tarikan napas yang berat.
"Sengaja?" Itu vokal pertama Taehyung.
"Sengaja nangis karena lo tahu, nangis lo itu kelemahan gue, iya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
PANCARONA
Fanfiction[ Completed ] Hanya sepenggal cerita tentang bagaimana si berandal Danuar memuja sahabatnya sendiri, sosok Jennie yang begitu berharga baginya. Cintanya. Gadisnya. Pancaronanya. Hingga semakin hari semakin bersinar bersama pemuda, yang bukan dirinya...