"Akhirnya aku paham apa yang membuatmu jatuh padanya. Dalam senja itu, apa yang mereka sebut kepercayaan diri, aku kehilangannya."
Tertanda, Danuar.
•••
Ia bukan pemuda dengan sejuta pesona. Tidak terkenal, bukan pelaku penting, apalagi pencetak sejarah. Namun, bila menyinggung soal eksistensinya untuk apa; maka Danuar adalah nama punggung jalanan yang sudah menghitam sejalan dengan pelanggaran yang si empunya ukir selama hampir tiga tahun di Ibukota.
Begundal.
Preman.
Pencari masalah.
Dan, sok jagoan.
Terulang, kali ketiga menuju semester empat, desak napas memburu serta tatapan tajam Taehyung menghujam. Menyinis tak suka melihat bagaimana manusia sialan seperti Ginting Jaehyun Alfanta tertawa begitu remeh.
"Nggak usah sok jagoan, bro. Nama lo udah jelek, lebih-lebih kuasa gue, lebih gede dibanding elo disini," ujar Jaehyun pongah.
"Oh, ya, terus?"
Mendecih, Jaehyun menatap Taehyung bengis, "Posisi kita beda. Lo itu gampang gue bikin jatoh, Danuar."
"Lucu banget lo, bajingan tengik. Seekor anjing yang sembunyi di balik tubuh manusia, ya, lo?"
Jaehyun adalah anak kedokteran sedangkan Taehyung seorang anak teknik mesin yang tengah menunggu gadisnya pulang. Perkelahian dimulai kala Jaehyun—menyalin utuh tugas mandiri milik Lalisa Manoban; si kutu buku. Jaehyun mengelak, mendorong Lalisa jatuh hingga terperosok ke lantai, tepat menyentuh sepatu kumuh Taehyung ketika tengah melangkah santai.
Terbakar emosi? Sebut saja Taehyung itu sumbu pendek. Berawal dari mengatai Jaehyun lemah, mendapat dorongan lalu tubuhnya tersudut di tembok, hingga balasan yang ia lakukan—meninju Jaehyun tepat di rahang.
"Gue nggak peduli sama posisi lo, tuh? Kok ya nugas hasil curian, sih? Otak bego kebangetan sampe begitu?" kekeh Taehyung.
Bugh!
KAMU SEDANG MEMBACA
PANCARONA
Fiksi Penggemar[ Completed ] Hanya sepenggal cerita tentang bagaimana si berandal Danuar memuja sahabatnya sendiri, sosok Jennie yang begitu berharga baginya. Cintanya. Gadisnya. Pancaronanya. Hingga semakin hari semakin bersinar bersama pemuda, yang bukan dirinya...