[7] Patah

2.2K 490 149
                                    

"Aku patah, untuk yang kesekian

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Aku patah, untuk yang kesekian. Kamu, semestaku; mengapa terlihat begitu jauh bagiku?"

Tertanda, Danuar.

•••

Perpustakaan pusat universitas.

Harum pewangi ruangan sontak membaur begitu ia menjajalkan kaki disana. Gila. Apa bagusnya buku dengan milyaran deret kata hingga banyak yang mendatanginya?

"Kalau bukan karena dosen ... nggak bakal mau gue kesini, sialan," gumamnya.

Manik arangnya menjelajah untuk menemukan penomoran rak khusus prodi miliknya.

Hingga, akhirnya Taehyung mendapatkannya. Berjalan sedikit malas sebab tidak benar-benar nyaman di dalam ruangan ini. Jangan lupakan bisikan beberapa mahasiswa lain yang bahkan tidak Taehyung kenal mengudara.

Itu Taehyung, 'kan? Yang cari masalah sama Jaehyun itu, loh.

Ngapain disini? Udah jadi anak baik?

Astaga. Ganteng, sih. Cuma barbar, takut.

Mendengarnya Taehyung memutar bola mata; dasar para manusia penggunjing.

Maka, jemarinya yang sewarna tan dengan urat menonjol itu mengambil satu buku berjudul 'Kiat Sukses Permesinan Terunggul'. Sedikit melirik nama penulis—bisa bahaya bila salah dan ia akan kembali terkena masalah.

Skors? Oh. Taehyung tidak mendapatkannya, entah mengapa. Padahal biasanya, apapun masalahnya, Taehyung akan selalu di cap salah karena sumbu pendek. Meski beribu sial, Taehyung justru mendapat tugas tambahan.

"Oh, Taehyung?"

Satu suara membatalkan langkahnya menuju kursi serta meja di depannya.

Dan Taehyung menyesal karena menoleh.

Jeongguk Bagaskara disana, dengan senyum halusnya, menyapa bagai sobat lama.

Tersisa decakan malas, Taehyung menghiraukan eksistensi Jeongguk. Lebih memilih duduk, membuka lembaran buku dan membacanya saksama.

"Jeongguk kamu udah ketemu bukunya belum—loh, Taehyung!?"

Kali ini, Taehyung mengenal luar dalam dari mana asal suara lembut tersebut mengalun. Jennie. Gadis yang sekarang memutuskan untuk menghampirinya, duduk tepat di depannya.

PANCARONATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang