WARN;
Harshwords, Mention of Rape, Blood thing/words."Sumpahku pada semesta, akan kujaga kau selamanya. Dia yang tak menghargaimu, tak pantas tuk mendapatkanmu."
Tertanda, Danuar.
•••
Bukan hanya mereka yang dilanda pening hari ini.
Namun, ia juga.
Sosok dengan kaus hitam berlapiskan sweater cokelat muda, dengan celana jeans satu tone lebih gelap dari atasannya. Ia melepaskan segala pekerjaannya di detik di mana nada sambungan telepon serta segelintir tutur kalimat menyakitkan itu ada.
Lalisa di sana, memejamkan mata berkali-kali. Menahan segala air mata yang menusuk keluar matanya—napasnya memburu, "Mas, cepet, Mas!" Ia menepuk-nepuk pundak si pengendara motor yang ia pesan.
Lalisa bersua, dengan nada suara seadanya sebab perempuan itu kehilangan pikirannya sendiri. Segala bilik logika pun hatinya pergi tuk menolak semua kalimat yang prianya katakan.
Tujuannya hanya satu, rumah Jeongguk.
Jeongguknya pasti berbohong.
Dan Jeongguk yang berbohong adalah satu dari sekian banyak harapan Lalisa hari ini.
•••
"J-jeongguk ... lepas!—hh."
Gadis itu memberontak, mengais setiap pukulan yang bisa dirinya jangkau dengan tubuhnya—apapun. Sebagian kerah kemeja miliknya sudah luruh, terseok dan terhenti di bagian pergelangan tangan—yang juga dikunci oleh sosok itu. Hanya tanktop putih bersih miliknya yang tersisa, teruntuk bagian atas tubuhnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
PANCARONA
Fanfiction[ Completed ] Hanya sepenggal cerita tentang bagaimana si berandal Danuar memuja sahabatnya sendiri, sosok Jennie yang begitu berharga baginya. Cintanya. Gadisnya. Pancaronanya. Hingga semakin hari semakin bersinar bersama pemuda, yang bukan dirinya...