[25] Rumah Sakit

1.3K 308 157
                                        

"Jika tenagaku bisa mengapus air mata mu, maka akan kulakukan itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Jika tenagaku bisa mengapus air mata mu, maka akan kulakukan itu. Asal jangan menangis, kau tahu betul itu kelemahanku."

Tertanda, Danuar.

•••

Pagi itu pukulan telak menghantam dua orang insan sekaligus. Kakak Beradik yang terbiasa penuhi hari dengan cita kini mendadak diserang duka. Keringat mengalir deras di pelipis si gadis yang kini duduk di bagian kursi tengah mobil dengan sang Ibu yang menyandarkan kepala di pundaknya.

Bunda sakit.

Pernapasan wanita paruh baya itu mendadak sesak sesaat setelah memasak sarapan. Menghadirkan khawatir yang besar teruntuk anak-anaknya. Jennie dan Seokjin.

Seokjin sendiri—ia duduk di samping kemudi dengan harap-harap cemas, "Lo jangan terus-terusan panik, Dek. Bunda jadi makin kepikiran nanti. Jangan nangis," tutur pemuda itu melirik keadaan kursi belakangnya.

Ya, Jennie menangis selagi memeluk sang Ibu.

"Hhh—Bunda ... iya, a-aku nggak nangis lagi. Bu-bunda yang kuat ya, Nuar ... cepetan bawa mobilnya ...,"

Dan satu orang lagi di sana, hanya bisa menggangguk. Maniknya tak bisa berbohong; jika ia sama khawatirnya. Sosok Taehyung Danuar Saka di balik kemudi—mengantar Jennie juga Seokjin dengan kendaraan keluarga Bunda.

Jika bertanya di mana Ayah—maka jawabannya tidak ada. Bunda dan Ayah sudah berpisah sejak Jennie menginjak sekolah dasar kelas empat. Meski masih berhubungan baik; hal yang sifatnya seperti ini, tidak mungkin mereka campur adukan dengan andil tangan Ayah. Ayah sudah berbahagia dengan keluarga barunya.

"Iya, sabar ya, Jen," sahut Taehyung.

Di tengah perjalanan, ponsel Jennie berbunyi.

Nama si penelepon terpampang—Jeongguk. Membuat Jennie menarik napas kecil disela isakannya sendiri tuk menempelkan benda pipih itu di telinga.

"Ha-halo?"

"Halo? Jen? Suaramu—hey, kamu kenapa?"

"Bu-bunda. Jeongguk ... aku izin nggak masuk dulu ya hari ini? Tolong izinin ke dosen aku ha-harus antar Bunda ke rumah sakit," ujar Jennie sesekali melirik ke arah Bunda dan mengelus jemarinya.

"Okay-okay. Iya nggak papa kok kalau kamu izin dulu. Kamu sekarang di mana? Bunda di rawat ke rumah sakit apa?"

"Sen-sentra Cahya. Itu paling deket dari arah rumahku. Ini baru mau jalan ke sana, semoga dapet ruangan."

PANCARONATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang