51. Kebenaran

793 85 47
                                    

Vote & Komentar di setiap paragraf nya, gk mau tahu.







Pagi-pagi sekali Annie sudah bangun dan membersihkan dirinya terlebih dahulu. Sebab ia tak mau tubuh setengah telanjang nya dilihat Armin jika saja pria itu bangun lebih awal.

Di temani secangkir teh hitam, ia duduk di kursi pinggir jendela dengan di suguhi keindahan laut lepas serta hamparan langit biru dengan cakrawala nya, yang tampak menakjubkan terlihat dari balik pintu kaca kamar villa yang dibuka sedikit.

Udara sejuk dan aroma laut menjangkau penciuman nya, menenangkan. Rasanya, Annie ingin membangun rumah disini.

Langkah kaki nya ia tuntun untuk beranjak dari kursi. Mematung, meneliti setiap kecantikan alam yang tak pernah membuat nya bosan.

Ia rasakan ada tangan kekar yang melingkari perut nya, siapa lagi kalau bukan Armin. Seiring dengan tubuh nya yang di balik, telinga nya mendengar sapa.

"Guten morgen"

"Hm. Sudah bangun!?"

"Sedang apa kamu?" Sang pria bertanya.

"Hirup udara segar, di kota tidak ada yang seperti ini" setelah menjawab, ia kembali berbalik memandangi laut di sebrang sana.

"Jangan-jangan kamu tidak mau pulang dari sini, lagi"

"Mau nya sih begitu"

"Kapan-kapan kita kesini lagi, ya...!?"

"Iya-iya...mana mungkin sih aku tidak pulang" jawaban Annie malas.

"Hei, kamu melupakan sesuatu" seru sang pria.

"Apaan?"

"Ciuman selamat pagi nya mana?" Di balikan nya tubuh Annie dengan lembut agar menghadap nya.

"Hah!?"

"Mana?" Alis sang pria di naik-naikan.

Lalu mendekat, berniat mencium Annie. Dengan pelan, wanita itu mendorong tubuh Armin menjauh.

"Kamu bau, mandi dulu sana" ucap nya ketus yang membuat Armin mendengus pasrah.

Sebelum berlalu ke kamar mandi, ia kecup pipi wanita nya gemas. Sementara itu Annie hanya terkekeh melihat tingkah tunangan nya.

Ia menggeleng-gelengkan kepala lalu bergumam seiring dengan sudut bibir nya yang tertarik membentuk senyum tipis.

"Sayang"

Sembari menunduk, pandangan nya mengatensi penuh cincin tunangan yang Armin berikan saat semalam melamar nya.

***

Dalam pangkuan nya, Annie bermanja. Kepala nya ia lesakkan di antara ceruk leher Armin sembari menghirup aroma sabun yang menguar dari tubuh pria itu setelah mandi. Jemari tebal sang kekasih ia mainkan, dan sesekali mendapat kecup-kecup singkat pada kening nya.

Di sofa panjang, Annie tak ingin repot-repot mengambil duduk di ruang kosong. Ia ingin tubuh kecil nya di rengkuh dalam pangkuan Armin. Begitu saja, sudah membuat nya merasa hanya dirinyalah satu-satu nya yang Armin sayang.

"Karena kamu sudah mandi..."

Jeda pada kalimat nya membuat Armin sedikit tersentak, sebab tindak selanjutnya yang Annie berikan adalah mencium bibir nya. Sungguh, wanita itu benar-benar paling bisa membuat jantung nya berdetak cepat.

"Morning kiss yang tadi kamu minta" katanya begitu.

Segera, ia tenggelamkan kepala wanita itu pada dadanya. Wajah nya yang bersemu tak ingin di lihat oleh Annie yang sudah pasti akan meledek nya.

History [AruAni]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang