54. Sakitnya Mencintai Armin Arlert

762 89 84
                                    

BIASAKAN VOTE SEBELUM BACA!












London 14:26-


Wanita pirang itu berdiri setelah berdo'a dan menabur bunga di atas pusara sang ayah. Perlahan mengusap air mata yang sedari tadi turun menyertai do'a dan rasa rindu nya terhadap seorang ayah.

Lalu membalikan badan dan mulai berjalan tanpa tahu arah tujuan nya. Dengan tatapan kosong dan perasaan hancur nya, Annie berjalan melewati orang yang berlalu lalang.

"Armin sedang apa ya?" Monolog nya pelan. Masih dengan tatapan kosong, Annie terus berjalan lurus ke depan. Menuntun langkah nya yang perlahan mulai tak seimbang. Memikirkan Armin terlalu memusingkan bagi nya.

Lalu ia rasakan kedua tangan kekar menopang tubuh nya yang mulai sempoyongan untuk mencegah nya jatuh. Dirinya samar-samar mendengar nama nya di panggil dan kedua koper yang dibawa, ia rasakan terlepas dari genggaman nya. Saat wajah nya mendongak, pandangan nya terlalu kabur untuk melihat siapa orang yang menolong nya. Dan pada akhir nya kesadaran nya pun lenyap.


***


Saat membuka mata, Annie temukan dirinya terbaring di sebuah ruangan yang ia yakini bahwa itu adalah kamar, dan tentu saja ia tak mengenali nya.

Bukan nya bangun, Annie malah menghela nafas panjang lalu kembali memejamkan mata. Rasanya lelah sekali hanya untuk sekedar bangun, terlebih batin nya yang membuat tenaga nya tak ingin ia pakai.

Tidak peduli dimana, siapa yang membawanya, Annie tak ingin tahu. Biarlah mau di apakan juga, mau di culik atau apapun itu Annie tidak peduli. Toh, semangat hidup nya juga sudah hilang semenjak ia memutuskan untuk pergi dari Armin.

Ah, laki-laki itu lagi yang ada di pikiran Annie.

Lalu terdengar suara knop pintu dibuka, dan langkah kaki yang perlahan mendekat. Rasa penasaran Annie, menuntun nya untuk membuka mata dan melirik asal suara.

"Ma-Marsel?" Seru Annie saat seorang pemuda yang berjalan ke arah nya, ternyata ia kenali.

"Oh, kau sudah bangun?" Laki-laki yang Annie panggil Marsel itu mempercepat langkah nya untuk segera tiba di sisi ranjang kemudian duduk setelah meletakan makanan dan minuman di atas nakas.

"Tadi di pinggir jalan kau pingsan, untung tidak jatuh" seru nya lagi.

"Makasih sudah menolong ku" ucap Annie pelan.

"Minum dulu lalu makan, seperti nya kau pingsan karena perut mu kosong" Marsel meraih segelas air putih dari nampan.

"Aku sudah makan tadi pagi, mungkin aku hanya kelelahan" sangkal Annie.

"Sekarang sudah siang Annie, makan dulu" Marsel masih membujuk yang hanya di balas dengan gelengan kepala dari Annie.

"Aku tidak lapar"  ia menjawab kemudian.

"Dari dulu kau ini masih tetap keras kepala ya" lalu Marsel menghela nafas pasrah.

"Setidaknya minum ya!?" Sekali lagi ia bujuk Annie yang pada akhirnya Annie menyerah dan mau minum. Marsel membantu Annie untuk duduk dan menyodorkan segelas air putih untuk nya.

"Makasih"

"Kau ini kenapa sih, ada apa dengan mu?" Tanya Marsel setelah melihat Annie kembali merenung.

"Hah?" Annie bersikap seolah-olah dirinya baik-baik saja dengan pura-pura tidak mengerti apa yang ditanyakan Marsel pada nya.

"Enam bulan lalu kau tiba-tiba pergi tanpa pamit pada ku dan Porco, memang nya kau kemana sih?" Ada jeda dalam kalimat nya.

History [AruAni]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang