64. Cinta Tak Bisa Dipaksakan

738 68 56
                                    

BUDAYAKAN VOTE SEBELUM BACA!!!


***

"...^___-_-_-_-___^..."


***



Di sebuah altar pernikahan, berdirilah sepasang pengantin yang baru saja sah menjadi suami istri. Mimpi buruk Annie terjadi hari ini, ketika ia mengenakan gaun indah namun  bersanding dengan pria yang tidak di inginkan nya.

Semua orang bergantian memberi selamat, setiap kalimat yang mereka ucapkan sama sekali tidak membahagiakan hatinya. Bahkan lebih terkesan kepada sebuah ejekan yang membuatnya muak.

Tentu saja ia tetap memaksakan sebuah senyum demi terlihat baik-baik saja di mata publik saat Eren memasangkan cincin di jari manis nya. Sesekali matanya membelah barisan manusia hingga menemui titik samudra biru di barisan paling belakang.

Armin berdiri di sana dengan senyum manis terukir di wajahnya, Annie semakin sakit melihatnya. Sementara itu, tampak jelas kebahagiaan terpancar dari wajah Eren. Pria itu bahagia bisa menikah dengan wanita yang dicintainya, meskipun Annie tidak demikian.

Di sisi lain, Marsel beberapa kali mendengar Armin menghela nafas berat seakan mencoba menormalkan tremor dalam tubuhnya. Ia sengaja berdiri di barisan paling belakang demi menemani Armin yang memaksakan diri untuk datang ke acara pernikahan Annie, dengan raga dan jiwa nya yang terluka sekalipun.

Armin memejamkan mata tatkala sesi berciuman tiba, tangan nya mengepal gemetar di bawah sana. Hati nya menjerit, marah, bila harus menyaksikan Annie dimiliki orang lain.

Lalu ia rasakan ada tangan yang menepuk pelan bahunya, membuatnya sontak membuka mata.

Ia menoleh "Aku baik-baik saja Marsel" Armin tahu kalau Marsel menghawatirkan nya.

Seulas senyum kembali nampak.

Selanjutnya Armin melirik arloji di tangan nya, lalu sekali lagi ia menghela nafas berat "Sudah waktunya aku pergi" ucapnya, yang membuat Marsel buru-buru menoleh.

"Sekarang?" Tanya Marsel tak percaya.

Armin mengangguk. "Kau yakin, kau benar-benar akan pulang ke Berlin hari ini?" Tanya Marsel sekali lagi.

"Iya, kau 'kan tahu aku sudah pesan tiket"

"Tapi badan mu sedang tidak sehat, Armin" rasa khawatir Marsel kembali timbul.

"Aku baik kok, kau tenang saja ya" sebuah tepukan Armin daratkan di pundak Marsel demi membuatnya sedikit tenang.

Sebuah lenguhan nafas terdengar dari pemuda Galliard. "Aku antar" ucapnya menawarkan diri, dengan tidak benar-benar ingin membiarkan Armin pergi, sebenarnya.

Armin mengangguk. Sebelum kakinya melangkah dengan pasti, Armin sedikit mencuri pandang pada wajah Annie di sana, sebentar, ia tak ingin terlalu menyelami biru langit yang hari ini berkali-kali lipat lebih indah itu.

Di sisi lain, sungguh Annie ingin menangis melihat kepergian Armin. Tiap-tiap langkah yang di pacunya, dan punggung yang kian menjauh menghadirkan rasa sakit pada setiap hembusan nafas nya.

"Armin" Annie bergumam tanpa suara. Lembut, lemah tak berdaya. Hati nya merasa tidak enak entah kenapa.

Tangan Eren yang menggamit tangan nya dan sesi berikutnya tidak membiarkan Annie berlama-lama meratapi masa depan nya yang telah hilang. Perlahan postur tubuhnya diarahkan untuk bergerak dan sejalan dengan tarian Eren.

Sesi menari sebagai pengantin dan satu-satunya perempuan paling cantik dengan gaun mewah bak putri kerajaan, merupakan salah satu impian Annie sejak kecil. Namun, rupanya impian nya itu tidak se-ideal yang ia bayangkan. Pangeran impian nya bukanlah pria yang kini menggenggam tangan nya.

History [AruAni]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang