34. "Pelukan Terakhir?"

974 106 85
                                    

Esok hari telah menyapa. Seiring dengan berganti nya hari, Annie juga sudah tidak mempermasalahkan kejadian semalam saat di apartemen Armin. Namun, hati nya tetap saja terasa sakit.

Pagi berlalu, terganti oleh siang yang cukup terik. Jam makan siang sudah tiba. Seperti biasa, Annie akan mengantarkan sekotak makan siang untuk Armin.

Annie mengetuk pintu. Setelah mendengar suara Armin menginterupsi, segera ia membuka pintu dan masuk.

"Ini makan siang mu" ucap Annie seraya meletakan kotak makan di meja kerja Armin.

"Oh, terimakasih" singkat Armin tanpa menoleh sedikit pun pada Annie.

"Mau aku suapi?" Tawar sang wanita.

"Tidak perlu"

"Oh, baiklah"

"Kalau begitu aku keluar, jangan lupa di makan. Jaga kesehatan mu" Annie mengingatkan seperti kemarin.

"Hm" jawab Armin dengan bergumam.

"Aku menyayangi mu" kalimat terakhir nya di iringi dengan langkah kaki yang perlahan beranjak ke luar.

Seperti kemarin, sama, tidak ada yang berubah. Annie tetap berjuang.

Armin mengalihkan pandangan nya dari laptop, kini atensi nya ia berikan pada kotak makan siang yang Annie bawa.

"Lagi-lagi aku melewatkan nya" gumam nya pelan.

"Tapi dia tetap baik, meski aku menyakiti nya tadi malam" gumam nya berlanjut.

Kemudian Armin beranjak mengambil kotak itu dan mulai membuka nya.

Lagi-lagi terselip secuir kertas di wadah nya.

Armin mendengus.

Kemudian ia membuka nya.

~SEBENTAR LAGI, AKU AKAN BERHENTI~

Deg...

"Apa ini, apa maksudnya?"

Armin terperangah, saat usai membaca tulisan yang tertera di kertas itu.

Ia mulai gelisah, ia juga tidak tau kenapa perasaan nya menjadi tidak enak.

Armin tidak mengerti maksud dari tulisan itu.

Lalu ia mulai membuka kotak itu dan mulai menyantap makanan yang terdapat di dalam nya.

***

Tak terasa, siang dan sore sudah terlalui. Sang surya telah berlalu keperuntukan nya, langit jingga terganti oleh gelap malam dengan beribu kelipan bintang.

Namun, malam ini Armin tidak lembur.

Dan Armin tahu, sebentar lagi Annie akan mengirimkan pesan.

Kring..

Ternyata benar.

Armin segera mengetukkan sebatang rokok untuk menghilangkan ampasnya pada asbak  kaca di meja depan mata nya. Dan mengambil ponsel kemudian kembali memposisikan diri seperti semula, bersandar pada sofa. Tak lupa dengan rokok yang kembali ia hisap.

History [AruAni]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang