37. Dia Yang Berharga

1.1K 131 41
                                    

Siang telah berlalu, sore menjelang malam berganti menyambut nya. Sang surya tak lama lagi akan terbenam.

Setelah mandi, Armin dan Annie akan santai sore dengan minum teh bersama di depan TV.

Kini wanita itu tengah berada di dapur guna menyeduh dua cangkir teh untuk mereka berdua. Tak lupa dengan beberapa cemilan kering yang sempat mereka beli di minimarket bawah. Cemilan yang cocok itu akan menambah kehangatan mereka saat sesi minum teh.

Armin berjalan keluar kamar hendak menghampiri Annie yang tengah berada di dapur. Saat hampir sampai, tiba-tiba Armin merasakan pening di kepala nya. Lalu tanpa ia duga, tubuh nya terkulai lemas ke bawah dengan tangan yang masih setia memegang kepala nya, sedikit meremas rambut nya.

"Armin.." Annie sedikit berteriak saat memanggil Armin yang sedang tak berdaya di bawah sana.

Segera sang wanita menghampiri Armin, dan memegang tubuh nya.

"An.." lirih Armin sembari menggenggam tangan Annie erat dan menatap nya sendu.

Eh, ada apa ini? Batin Annie saat melihat tatapan Armin kali ini berbeda.

Segera ia menepis pikiran-pikiran aneh nya.

"Wajah mu semakin pucat. Tuh 'kan, kamu sakit" ucap Annie dengan khwatir.

Lalu ia mulai mengangkat tubuh sang pria, membopong nya dengan susah payah menuju kamar dan membaringkan nya di kasur.

Sedangkan ia duduk di samping Armin yang berbaring.

"Kamu demam" ucap Annie sedikit terkejut setelah punggung tangan nya ia taruh di kening Armin.

"Sebentar, aku ambil air hangat dulu" ujar Annie dan langsung melenggang pergi menuju dapur.

Tak lama, dibalik pintu menampilkan sosok Annie yang membawa wadah berisi air hangat beserta lap nya, dan tangan yang satu nya menggenggam cangkir tinggi berisikan teh hangat yang dicampur madu.

Annie duduk di ranjang di samping Armin.

"Minum dulu. Teh ini aku campurkan madu didalam nya, semoga membantu agar kamu cepat baikan" ujar Annie seraya membantu sang pria untuk minum dengan satu tangan memegang tengkuk nya.

Setelah selesai, Annie mulai memeras kain yang telah ia celupkan pada air hangat dan menempelkan nya pada kening Armin.

Annie terus menatap Armin dengan raut wajah cemas, tangan nya terus mengusap kepala sang pria.

"An.." lirih sang pria dan meraih tangan Annie yang berada di kepala nya kemudian menggenggam nya erat.

"Hm?" Annie bergumam kecil.

"Apa kamu akan seperti tadi?" Tanya Armin.

"Seperti tadi? Maksud mu apa?" Annie tak mengerti, jadi ia balik bertanya.

"Apa kamu..akan pergi lagi? Seperti tadi"

Ucapan sang pria membuat Annie sedikit tertegun. Lalu ia menunduk sejenak kemudian kembali mendongak menatap Armin.

"Kenapa kamu bicara seperti itu? Bukan kah persoalan itu sudah kita bahas ya tadi!?"

"A-aku...hanya merasa takut. Dari tadi aku tidak bisa tenang" jujur Armin.

"Aku tidak akan pergi kok. Lagipula, aku tidak punya uang untuk membeli tiket pesawat nya lagi" ucap sang wanita tanpa menatap Armin. Ia malah sibuk mencelupkan kembali kain yang ada di kening Armin--karena sudah dingin-- ke dalam wadah air hangat dan memeras nya lalu kembali menempelkan nya pada kening sang pria pirang yang tengah berbaring sakit itu.

History [AruAni]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang