63. Berakhir!

839 83 66
                                    

BIASAKAN VOTE SEBELUM BACA!

__***__

Sinar segar mentari pagi menyeludup masuk melalui celah-celah gorden, menemui pasang-pasang netra yang menyamai angkasa sana.

Sepasang manusia di kamar itu tengah mengenakan pakaian nya kembali dengan canggung, seakan tidak percaya pada apa saja yang telah mereka lakukan semalaman penuh.

Annie yang selesai duluan memasang busana pada tubuhnya, ia duduk di sisi ranjang dengan kaki yang di gerak-gerakkan gugup menunggu lawan bercinta nya tadi malam untuk menghampiri nya.

Armin datang, dan Annie merasakan tubuh kecil nya di rengkuh lembut hingga sekujur tubuhnya menemui kehangatan.

Melihat gelagat Annie yang sedari tadi terlihat tertekan, Armin bertanya dengan hati-hati. "Kenapa? Ada sesuatu yang mengganggu mu?"

Tutur katanya begitu lembut menyapa pendengaran Annie.

Annie akan meminta sedikit waktu lebih kepada sang semesta untuk tidak membiarkan momen ini berlalu begitu cepat. Sesungguhnya ia ingin berada di sini lebih lama, bersama Armin.

Perempuan itu memaksakan sebuah senyum, lalu menggeleng menjawab pertanyaan Armin sebelumnya.

Armin tersenyum pula untuk membalas nya, ia merasa lega jika Annie tidak apa-apa. Lalu pria pirang itu bangkit dan berjalan ke arah meja dengan laci di bawahnya, ia mengambil sesuatu dari sana.

Dengan canggung Armin kembali mendudukkan diri di samping wanitanya, menyembunyikan sesuatu di belakangnya.

Lalu dengan berani mulai menunjukkan benda itu pada Annie. Kotak merah dengan dua cincin di dalamnya. Annie begitu tertegun, perasaan nya berkecamuk sekarang.

"Apa sudah boleh aku memasangkan ini kembali?" Tanya sang pria dengan penuh harap, wajah nya berseri.

Sungguh, Annie ingin bilang 'Ya'

Ia ingin kembali merajut kisah bersama Armin.

Wanita itu terdiam begitu lama, mematung menatap sepasang cincin dengan simbolis cinta mereka yang sudah gugur dan akan kembali gugur hari ini.

Armin mengernyit menunggu jawaban Annie yang begitu lama, saat sorot mata Annie menemui sepasang samudra-nya, Armin kembali memasang senyum lalu mengangkat alis.

"Bagaimana?"

Annie belum juga menjawab.

"Sekarang aku tahu kalau kita masih saling mencintai, jadi tidak ada lagi alasan untuk kamu menolak ini bukan?" Tuturnya begitu yakin.

Annie bahagia, sungguh. Ia berbahagia karena Armin kembali melamarnya. Namun kebahagiaan sejenak itu sedari awal sudah terkalahkan oleh rasa sakit nya, keputusan besarnya.

Netra nya bergulir dari pandangan Armin, ia berusaha menyembunyikan kekacauan di raut wajah nya.

"Aku tidak bisa, maaf" ucap Annie dengan suara yang di buat-buat setegar mungkin, tanpa sedikitpun menatap lawan bicaranya.

Armin tidak mengerti, tentu saja. Kenapa wanita itu menolak saat menjawab ya di kala dirinya bertanya soal perasaan nya. Otaknya masih mencerna kalimat Annie yang sudah jelas berbentuk penolakan.

Ia mengernyit, dan Annie tahu apa yang akan di katakan Armin selanjutnya. "Kenapa? Bukankah kamu juga masih mencintai ku?" Dalam nada suaranya, Armin tidak terima.

Kali ini Annie bernyali untuk menatap sepasang samudra yang selalu ia dambakan itu, dengan raut kesedihan terpancar di dalam nya membalas tatapan Armin yang penuh tanya.

History [AruAni]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang