30. Terpesona

980 129 70
                                    

Armin mulai membuka mata nya perlahan, mengerjap. Lalu melihat arloji yang masih melingkar di tangan nya.

Waktu menunjukan pukul 18.05. Tak terasa dia tidur sebanyak 4 jam.

"Sudah malam ya" gumam nya pelan.

Lalu ia menunduk, ia dapati Annie masih terlelap dalam dekapan nya.

Bibir nya membentuk senyum.

Lalu Armin beranjak berdiri dengan perlahan, menggendong Annie ala bridal style hendak memindahkan nya ke kamar.

Saat tiba di kamar, segera ia membaringkan Annie di kasur king size nya dengan hati-hati, lalu mulai menarik selimut guna membalut tubuh Annie.

Armin mengecup kening Annie sekilas, dan mulai berdiri. Sebelum meninggalkan kamar, terpampang jelas dibibir nya seulas senyum saat melihat wajah tenang Annie di kala tertidur.

Lalu ia meninggalkan kamar, hendak menuju kamar mandi dan bersiap sebelum pergi ke pesta malam ini.

Tak membutuhkan waktu lama. Armin sudah mandi, berpakaian pun sudah rapi. Pria itu telah bersiap.

Lain hal nya dengan Annie, ia masih saja terlelap dengan nyaman di kasur empuk milik Armin.

Kemudian Armin menghampiri Annie, duduk di ranjang, di samping Annie yang masih tertidur.

Armin menatap lamat-lamat wajah Annie. Armin merasa yakin, jika sebentar lagi Annie akan bangun.

Dan Armin ingin, yang di tangkap pertama kali oleh mata Annie adalah wajahnya. Bukan benda lain seperti tembok dan sebagai nya.

Dan entah feeling atau apa, ternyata kini mata Annie perlahan terbuka. Menampilkan manik biru sebiru langit.

"Hai. Tuan putri sudah bangun, rupanya" sapa Armin seraya tersenyum hangat.

Lalu Armin tertunduk dan mengecup kening Annie singkat.

Annie mengerjap, masih mengumpulkan kesadaran nya.

Lalu tangan nya tergerak meraih sisi wajah Armin dan menarik nya, kemudian memberi kecup singkat pada pipi Armin.

Armin tersenyum.

"Tumben tidak minta di bibir" ucapan Annie masih sedikit serak.

"Ini sudah malam, hawa mulai dingin. Jika di bibir, aku akan sulit untuk berhenti" ucap Armin jujur.

"Kamu pasti mengerti kan?" Lanjut nya.

Seketika mata Annie terbelakak. Dia baru ingat, tadi siang saja Armin sudah meminta lebih, apalagi sekarang, situasi malam akan lebih mendukung.

Annie tak menjawab nya dan langsung mengalihkan pembicaraan.

"Dari tadi kamu terus menperhatikan ku, saat aku tidur ya?" Ucap Annie seraya mengangkat alis nya.

"Iya. Agar saat kamu terbangun, wajah ku lah yang dilihat pertama kali oleh matamu" jelas Armin.

"Agar bisa memamerkan ketampanan mu, pada seorang wanita yang masih jelek dan bahkan baru saja bangun tidur. Begitu?"

Armin cengengesan mendengar perkataan Annie.

"Tanpa di pamerkan juga, kamu sudah menyadari nya. Kalau aku ini tampan, iya kan?" ucap Armin membanggakan diri.

"Percaya diri diri sekali anda, pak" ucap Annie dan membuang muka.

Armin mengacak rambut Annie gemas.

"Ini jam berapa?" Tanya Annie dan kembali menoleh pada Armin.

"Jam 18.30" jawab Armin.

"Eh, sudah malam. Apa kita akan telat ke pesta?" Annie kaget.

History [AruAni]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang