47. Romantis!?

1.1K 131 56
                                    

Sebelum baca, vote dulu gratis kok:)

-

Dimana pun tempat yang ia pijak bersama Annie, seketika tempat itu akan menjadi tempat romantis. Bahkan di tempat umum sekalipun, begitu pikir Armin. Karena saat sedang berdua dengan Annie, rasanya ia ingin terus dekat-dekat dengan wanita nya. Tak ingin ada jarak, meskipun hanya satu mili.

Seluruh penjuru apartemen nya? Sudah jelas. Tak terkecuali dengan dapur, saat ini saja Armin sedang nempel-nempel pada tubuh Annie yang sudah jelas sedang sibuk berkutat membuat kue.

"Ar ih, jangan peluk-peluk. Aku jadi susah bergerak tahu" protes Annie saat tangan kekar Armin melingkar di perut nya.

Sore hari setelah mereka berdua pulang dari kantor, Annie membeli bahan-bahan kue. Katanya ia ingin membuat donat yang seperti kemarin, bisa saja sih beli yang sudah jadi, tapi Annie ingin belajar membuat donat yang se-enak itu. Dengan buku resep tentu nya.

"Aku capek..." rajuk Armin.

"Kalau kamu capek, tidur sana. Aku disini bisa sendiri"

"Aku ingin di manja" pria pirang itu mengerucutkan bibir nya.

Annie segera melepas sarung tangan plastik khusus adonan, dan lekas berbalik ke belakang untuk memeluk Armin.

"Nanti saja ya, kamu 'kan lihat sendiri aku sedang apa" ucap nya lembut sembari melepaskan pelukan dan melingkarkan tangan nya di tengkuk sang pria, beberapa detik selanjutnya Annie mencium pipi Armin sepintas.

Armin hanya bisa mendengus pasrah.

Lalu Annie menuntun pria itu agar duduk di sebuah kursi tinggi dengan design bar yang berjejer rapih tiga buah di depan sebuah meja panjang berwarna putih bersih.

"Tunggu disini ya..."

Entah mengapa ucapan Annie terdengar sangat-sangat lembut, padahal Annie jarang sekali begitu. Bukankan wanita itu selalu berucap sarkas, atau tidak...dingin?

Diam-diam Armin bersyukur karena bisa melihat sisi lain dari diri Annie, yang ia yakini hanya akan di tunjukan pada dirinya seorang.

Seketika jantung Armin berdetak tak karuan. Saat itu juga hati nya menghangat, gejolak di dada nya menggila. Seluruh rasa lelah nya menghilang tiba-tiba, semangat membara telah datang entah dari mana asalnya.

Detik-detik berikutnya setelah punggung Annie mulai bergerak meninggalkan nya, Armin bangkit dari duduk nya dan menggapai Annie cepat.

"Aku bantu ya" ucapan nya di iringi dengan tangan yang membalikan tubuh Annie agar menghadap nya. Tak lupa tangan yang senantiasa melingkar di pinggang ramping sang wanita.

"Katanya kamu capek" jemari Annie memainkan rambut pirang Armin.

"Apalagi kamu. Kita 'kan sama-sama baru pulang ngantor, masa kamu harus lebih capek lagi karena aku tidak membantu"

Annie menghela nafas sejenak sebelum melemparkan tubuh ke dalam dekapan Armin.

Sebentar, lalu melepaskan. Satu kecupan mendarat di pipi Annie.

"Boleh, asal jangan mengacaukan" wanita itu berbalik terlebih dahulu untuk melanjutkan kegiatan nya, di susul Armin tentu nya.

"Aku harus apa nih?" Tanya Armin saat semua bahan dan peralatan kue sudah ada di depan mata nya, tak lupa dengan adonan yang sempat Annie buat.

"Apa ya...kalau kamu yang cetak, nanti tidak bagus bulatan nya"

Armin mendengus.

"Kamu meragukan ku?" Nada suara Armin menantang.

History [AruAni]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang