16. Jejak

1.1K 137 12
                                    

Vote nya mana!?








Armin membantu Annie duduk.

"Pelan-pelan, pasti sakit ya!?" Ucap Armin saat membantu Annie duduk dan melihat wajah Annie meringis menahan sakit.

Annie hanya mengangguk sebagai jawaban.

Aku tidak bisa membayangkan, bagaimana sakit nya ketika pisau itu mulai menyayat kulit Annie. Batin Armin merasa kasihan pada wanita nya.

"Kamu...barusan cemburu?" Setelah Armin beres dengan lamunan nya, ia tersentak dengan suara Annie yang bertanya.

"Ti-tidak" wajah Armin memerah seraya menjawab gugup.

Diam-diam bibir Annie membentuk senyum tipis.

"A-aku hanya..." Armin menggantung kalimat nya.

"Hanya...?" Annie mengangkat alis nya.

"A-aku selalu menunggu mu bangun, dan bagiku itu sangat lama. Rasa nya menyakitkan melihat mu tak kunjung sadar. Dan setelah sadar, aku ingin kamu menghabiskan waktu mu hanya dengan ku. Tapi tadi kamu malah asik berkenalan dengan mereka" tutur Armin dan diakhir kalimat ia menunduk.

Annie terkekeh mendengar itu.

"Jadi kamu benar-benar cemburu?"

"Be-begitulah" Armin gugup.

"Hei ayolah tuan Arlert, aku hanya berkenalan sebentar dengan mereka. Lagipula mereka kan yang membatu mu menyelamatkan ku. Dan aku memang harus berterimakasih" ujar Annie mencoba meyakin kan.

Armin semakin tertunduk.

"Kemarilah" suara Annie melembut.

Armin menurut, lalu ia berdiri dan mendekat pada Annie.

"Lebih dekat" pinta Annie.

Lagi-lagi Armin menurut.

Setelah semakin dekat, kini Annie mendekatkan wajahnya pada wajah Armin. Dan mempertemukan bibir mereka. Annie pikir, mungkin itu bisa membuat Armin berhenti kesal.

Mata mereka saling terpejam, saling melepas rindu. Annie melumat nya sedikit, lalu melepaskan ciuman mereka.

"Aku senang kamu cemburu" tatapan nya membuat Armin mabuk. Armin mulai goyah. Kekesalan nya kini berubah jadi nafsu.

"Kenapa, cuma sebentar?" Sorot mata Armin menginginkan lebih.

Annie tersipu malu, tak disangka Armin akan merespon begitu. Padahal Annie berniat hanya untuk membuat Armin berhenti cemburu. Namun Armin malah meminta lebih.

Lalu tangan nya menangkup wajah Armin dan menjauhkan nya.

"Dasar mesum. Aku lapar, cepat suapi aku" Annie mencoba mengalihkan topik dan meminta makan.

Untung saja Armin masih bisa mengendalikan diri. Ingin rasanya ia memeluk Annie erat, tapi kini sekujur tubuh Annie sedang terluka. Ia tak mau membuat Annie tambah terluka.

Lekas ia menyuapi Annie dengan telaten. Keheningan menimpa mereka, hingga suapan terakhir berhasil mendarat di mulut Annie.

"Sekarang minum obat" lalu Armin menyiapkan obat yang akan di minum Annie.

Annie menurut.

Setelah selesai.

"Mau tidur sekarang?" Armin bertanya, rasanya tak ingin melepas Annie tidur lagi.

Annie menggeleng.

"Tidak. Aku ingin lebih lama bersamamu" ucap Annie. Ya, seperti nya mereka sedang saling merindu.

History [AruAni]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang