61. Armin, bukan Eren

543 70 37
                                    

BUDAYAKAN VOTE SEBELUM MEMBACA!


___***___



Satu hari setelahnya, kelakuan Annie membuat Marsel heran. Bagaimana tidak, pagi-pagi sekali wanita itu bilang ingin ikut Marsel ke pasar.  "Tumben" ucapnya di tengah perjalanan menuju pasar.

"Apa?" Tanya Annie seakan tidak terjadi apa-apa, tangan nya berada di saku jaket dan sesekali merapatkannya. Pagi buta berjalan ke pasar membuat nya kedinginan.

"Ikut belanja ke pasar, tumben sekali. Setan mana yang merasuki mu hah?" Ledek Marsel. "Sembarangan" Annie menyikut perut pria itu dengan kesal.

"Aku ikut, ya mau belanja lah. Kau pikir aku hanya akan menemani mu hah?" Tutur Annie dengan senyum mengesalkan. "Kalau belanja barang-barang tidak mungkin harus pagi-pagi begini, itu berarti kau mau belanja sayuran ya?" Tanya Marsel tak percaya.

"Ya, begitulah" jawab Annie enteng"

"Sejak kapan kau jadi rajin masak?" Dan Marsel masih tidak percaya. "Sejak hari ini, aku juga tidak bisa terus merepotkan mu Marsel" diakhir kalimat Annie merasa bersalah karena selalu merepotkan Marsel.

Terdengar suara hela nafas dari Marsel. "Aku tahu dirimu. Tidak ada yang bisa mengubah sesuatu dalam dirimu segampang ini, aku yakin ada sesuatu yang menarik perhatianmu" tutur Marsel dengan melirik lawan bicara nya yang tengah mengulum senyum. Disitu, Marsel dapat menyadari sesuatu.

"Siapa? Eren, atau Armin?" Tanya Marsel dengan 95 persen sudah tahu jawaban nya, bagaikan seorang kakak yang tahu isi hati adiknya.

"Armin" jawaban Annie tampak ragu, dengan suara pelan. Tapi sebenarnya ia malu jika mengakuinya di hadapan Marsel, mengingat sebagaimana tahu nya Marsel ketika dirinya terpuruk karena lelaki itu.

Terdengar dengus tak percaya dari Marsel. "Kau rela bangun pagi-pagi begini, dingin-dinginan pergi ke pasar hanya demi Armin. Lelaki yang pernah ke menyakitimu!?" Ucap nya dengan sinis.

"Aku tidak bisa begini terus Marsel, aku ingin ada perubahan dalam hidupku, aku tidak bisa terus merepotkan mu. Bisa di bilang, aku ingin bangkit" tuturnya Annie dengan kesiapan hati nya.

"Dengan orang yang sama?" Tanggap Marsel cepat, membuat Annie tertegun dengan ucapan nya.  Belum Annie menjawab, Marsel sudah kembali bertanya. "Kau yakin?"

Kali ini Annie mengangguk. "Karena aku mencintai nya" ucap nya dengan mantap.

Meskipun Marsel masih kesal dengan Armin, tetap saja ia harus mendukung keputusan Annie bagaimana pun juga. Ini hari pertama Annie bersemangat dalam suatu hal, dan Armin menjadi alasan nya. Ini langkah pertama Annie menuju bangkit. Marsel ikut senang dengan itu dan berharap kali ini baik-baik saja.



***



Sudah berjalan sepekan semenjak Annie memutuskan untuk berteman dan bersikap baik pada Armin. Sejak saat itu pula Armin tidak pernah absen untuk mengunjungi Annie di rumahnya. Tentu saja seiring berjalannya waktu kedekatan mereka kian terasa, tampak seperti sebuah hubungan yang jauh melebihi pertemanan. Dan mereka sadar akan itu.

Seperti saat ini, Armin yang tengah memberi makan Mitty sambil terus memperhatikan nya dengan gemas. Sementara Annie tengah membuat cemilan untuk mereka berdua. Sensasi nya sama, Annie selalu ingin membuat apa saja yang membuat Armin senang, dan memasak  adalah salah satunya. Tidak jauh berbeda dengan dulu, semuanya tampak serupa, termasuk perasaan nya.

Armin beranjak meninggalkan Mitty menuju dapur. "Buat apa?" Tanya nya pada Annie yang tengah sibuk. "Cookies" singkat Annie tanpa melirik pemuda di sampingnya.

History [AruAni]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang