23. Kembali

974 125 52
                                    

Satu minggu berlalu. Setelah kejadian itu, Armin dan Annie tak pernah saling sapa lagi.

Mereka hanya berbicara seputar pekerjaan saja, dikantor. Tidak lebih. Mereka seperti menjadi orang asing dalam waktu singkat.

Tak pernah sekali pun Annie bertukar tatap dengan Armin, meskipun Armin selalu memperhatikan nya. Namun Annie tetap mengabaikan nya.

Apalagi setiap jam istirahat, Annie selalu melihat Pieck mengunjungi Armin sembari membawakan makan siang.

Namun Annie mencoba untuk profesional dalam bekerja. Ia tak mempedulikan lagi urusan Armin. Mau itu dengan Pieck, atau wanita lain ia tak peduli.

Begitu juga dengan Hitch. Sejak saat itu, ia tak pernah lagi bersikap ramah pada Armin.

* * *

Malam telah tiba, namun Armin masih belum juga pulang dari kantor. Ia gelisah, menunggu kedatangan teman nya yaitu Jean dan Connie.

Menunggu kabar yang akan mereka bawakan. Semoga kabar baik. Itu harapan Armin.

Armin mondar-mandir tak karuan, ia benar-benar takut jika kabar baik yang di tunggu nya tak sesuai ekspektasi.

Hingga suara ketukan pintu membuyarkan kegelisahan Armin, lekas ia menoleh dan mempersilahkan masuk, orang yang mengetuk pintu. Yang Armin yakini bahwa itu adalah Jean dan Connie.

Segera Armin menghampiri mereka yang sudah berada di dalam.

"Bagaimana?" Tanya Armin dengan raut wajah yang panik.

"Tenanglah dulu Armin, duduk dulu" ucap Connie lalu memutar tubuh Armin agar kembali pada kursi nya.

Armin menurut.

Dan mereka juga duduk pada dua kursi yang tersedia di hadapan Armin

"Jadi bagaimana? Aku belum bisa tenang" Armin langsung bertanya kembali.

"Kau patut bersyukur kawan, kami membawa kabar baik" ucap Connie.

Wajah Armin nampak semeringah.

"Kecurigaan kami selama 3 minggu terakhir ternyata benar. Barusan Zake dan Pieck sudah ditangani polisi" tutur Jean.

"Jadi, mereka sudah ditahan?" Tanya Armin antisias.

"Ya, mulai sekarang tidak akan ada yang mengganggu kalian lagi. Jadi kau bisa tenang Armin, Annie-mu baik-baik saja" jawab Connie seraya tersenyum.

Armin mendengarkan jelas penuturan teman nya itu, lalu ia menghembuskan nafas lega.

"Syukurlah" ujar Armin seraya menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi.

"Sekarang pergilah. Temui Annie, dan jelaskan semua pada nya. Perbaiki hubungan kalian" Jean menyarankan.

Lalu Armin kembali duduk tegak.

"Apa dia akan percaya?" Tanya Armin.

"Tidak mudah juga sih" ucap Jean seraya mengepalkan tangan di dada dan bersandar pada sandaran kursi.

"Kenapa kau harus ragu? Masih ada kami Armin. Jika dia tidak percaya, kami siap membantu mu untuk membuat nya percaya" ucap Connie.

"Ah, iya. Itu betul. Jadi kau tenang saja, dan sekarang pergilah" timpal Jean.

Lalu Armin berdiri dan menghampiri mereka berdua, berdiri di belakang mereka kemudian membungkuk sedikit dan merangkul mereka berdua yang tengah duduk.

"Terimakasih. Kalian sangat baik, kalian selalu ada untuk ku. Terimakasih Jean, Connie. Aku bersyukur mempunyai kalian" ucap Armin terharu.

"Sudah-sudah, tidak perlu berterimakasih. Sekarang cepatlah temui Annie-mu itu, bukankah kau bilang sangat merindukan nya ya?" Ucap Connie.

History [AruAni]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang