15. Bangun

1K 136 4
                                    

Vote, baru baca!









Hari sudah mulai sore, langit pun berubah warna jadi orange. Namun sampai saat ini Annie tak kunjung bangun juga.

Armin mulai lelah menunggu, ia mulai kembali panik. Segera lelaki itu beranjak pergi menemui dokter.

Sepanjang langkahnya dihantui rasa takut, cemas, semuanya bercampur satu. Rasa gelisah nya kian meninggi. Hingga lelaki itu sampai di ruangan dokter.

"Bagaimana ini dok, Annie belum bangun juga?" Setelah masuk, langsung saja ia berujar.

"Dia mengalami luka yang tidak ringan, jadi wajar saja kalau sampai sekarang dia masih pingsan. Apalagi saya temukan di tubuh nya seperti ada bekas racun. Apakah sebelum nya dia pernah keracunan?" Sang dokter menjawab seraya melempar pertanyaan.

Maklum saja, rumah sakit ini bukan rumah sakit yang pernah Annie kunjungi pada saat ia keracunan makanan.

"Ya, beberapa hari lalu dia keracunan makanan. Tapi apa sekarang racun nya sudah tidak ada?"

"Ya, karena sebelum nya juga tinggal bekas nya"

"Tapi kenapa Annie belum bangun juga dok?" Armin menanyakan pertanyaan yang sama.

"Tenanglah. Tak lama lagi, dia akan bangun" sang dokter berusaha meyakinkan.

"Saya tidak bisa tenang" lirih nya seraya menunduk.

"Lebih baik, sekarang kembali ke ruangan nya. Nantikan dia sadar" sambil tersenyum dan memegang bahu Armin.

"Iya, terimakasih" ucap Armin. Lalu pergi meninggalkan ruangan dokter tersebut.

Armin kembali ke ruangan Annie, lelaki itu mendapati Hitch sedang berdiri menatap haru Annie.

"Bagaimana pak?" Hitch menoleh saat menyadari Armin telah kembali.

"Dokter bilang Annie akan segera sadar" Armin pun duduk dan menggenggam tangan Annie.

"Semoga" wanita itu berujar, dan mengusap rambut Annie. Lalu melenggang pergi ke sofa.

Hari menjelang malam, lagi-lagi Armin ketiduran disana. Dengan kelembutan tangan Annie yang ia genggam tak terlepas meski sama-sama sedang terlelap.

***

Kini waktu menunjukan pukul 19.15.

Kelopak mata Armin perlahan terbuka, menampilkan iris biru laut, menyernyit. Menyesuaikan dengan intensitas cahaya di sekitar nya.

Lelaki itu merasa jari Annie yang di genggamnya mulai bergerak. Sontak mata kantuk nya membola, ia langsung mengangkat kepala menoleh ke arah Annie dan berdiri.

Armin saksikan kelopak mata Annie bergerak, mengerjap, hingga terbuka perlahan. Tatapan nya kosong menatap langit-langit rumah sakit.

Menyadari ada seseorang, bola mata nya bergerak, hingga terhenti tepat pada sosok Armin yang tengah berdiri. Annie mengedip pelan.

"Annie..." gumam Armin pelan. Sangat pelan.

Seketika Armin langsung berhambur ke pelukan Annie, bibir nya menyusuri wajah Annie. Mulai dari kening, pipi, hingga turun pada bibir pucat Annie. Tangis nya pecah, akhir nya sosok yang ia tunggu pun tersadar juga.

Wajah Annie kini basah oleh air mata Armin yang terus mengalir deras membasahi pipi nya.

Tidak ada penolakan dari Annie, kini wanita pirang itu tengah mengumpulkan kesadaran nya.

Setelah puas membasahi pipi Annie, akhir nya lelaki itu sedikit membuat jarak antara wajah mereka.

Satu detik, dua detik. Akhir nya salahsatu nya berucap.

History [AruAni]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang