38. Rasa Takut

988 118 12
                                    

Waktu menunjukan pukul 01.37 dini hari. Annie terbangun dari tidur karena merasa ada yang mengganggu tidur nya.

Matanya perlahan terbuka, manik nya tepat menangkap pria yang di dekap nya gemetar kedinginan. Giginya bergemeletuk, deru nafas sang pria terasa panas menerpa ceruk leher nya.

Sontak mata kantuk Annie membeliak.

Tangan Armin mengepal, menahan tubuh nya yang bergetar hebat. Suara gigil pun jelas terdengar menusuk telinga sang wanita.

"Armin. Kamu kenapa?" Seketika Annie cemas.

Namun Armin tak menjawab nya.

"Armin sayang, heyy..kamu kenapa?" Suara Annie makin panik.

Lalu ia tempelkan punggung tangan nya pada kening Armin.

"Astaga. Panas mu makin naik"

Lalu ia melirik jam dinding.

"Ini sudah sangat larut malam, kita tidak bisa ke rumah sakit sekarang" monolog nya.

"Aku kedapur dulu, mengambil air hangat" ucap Annie.

Saat Annie ingin beranjak, tangan kekar Armin yang gemetar dengan cepat mengenggam lengan nya, dan kepala nya menggeleng tanda tidak memperbolehkan Annie kemana-mana.

"Arminn..sebentar dulu. Aku tidak mau kamu terus seperti ini"

"Di-disini sa-saja" sanggah Armin dengan terbata-bata akibat kedinginan.

Annie mendengus kasar.

Lalu perlahan melepaskan genggaman tangan Armin yang berada di lengan nya, secara paksa. Jika tidak, sang pria tetap tidak memperbolehkan Annie ke dapur.

Setelah berhasil, Annie berdiri dan kemudian membungkuk mengecup kepala sang pria dan mengusap nya lembut.

"Sebentar sayang" bisik nya.

Lalu Annie mengambil wadah di nakas yang berisi air kompres yang sudah dingin, lalu melenggang ke dapur dengan tergesa guna mengganti air tersebut dengan air hangat.

Sementara Armin masih menggigil kedinginan, pusing di kepala nya pun membuat nya semakin tidak berdaya.

Tak lama, Annie datang dengan wadah air hangat di tangan nya. Lalu ia duduk dan menyimpan wadah itu di nakas.

"Ar, kompres dulu ya" ujar nya.

Armin yang mendengar suara Annie dan tahu bahwa Annie sudah kembali, segera ia meraih tangan Annie.

"Sini" lirih nya.

Annie menghela nafas sejenak.

Ia merasa sangat kasihan sekaligus khawatir melihat Armin seperti itu, mau tidak mau ia harus menuruti Armin.

Lalu Annie mulai beranjak naik ke atas kasur, berbaring, dan mendekap Armin seperti tadi.

Tak lupa dengan tangan nya yang meraih wadah berisi air hangat di nakas, dan memindahkan nya ke atas kasur agak jauh dari belakang Armin, namun tetap dapat ia jangkau dengan tangan nya.

Annie terpaksa mengompres Armin dalam keadaan seperti itu. Beberapa cipratan air mengenai kasur akibat Annie memeras lap nya dengan hanya satu tangan, yaitu tangan kiri.

Tapi tidak apa, toh nanti juga akan cepat kering.

Sang wanita menempelkan lap itu pada kening Armin, namun tetap ia pegang karena posisi Armin menyamping. Jika tidak, kain lap nya akan jatuh.

Annie terus melakukan itu hingga air nya mendingin, dan ia berhenti mengompres sang pria.

Gigil Armin mulai berkurang, gemeletuk di gigi nya juga sudah tak terdengar. Lalu Annie meraih tangan Armin yang mengepal, melemaskan nya dan menggosok-gosokan dengan tangan nya.

History [AruAni]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang