{03}

88 28 4
                                    

Masa SMA adalah masa yang paling indah. Dan ada dua golongan yang punya cerita paling indah untuk dikenang. Sekolah ku 'SMA Merah Putih' memiliki ribuan siswa-siswi dari berbagai kota. Semuanya berbeda sifat, karakter, agama bahkan ada yang dijuluki siswa popular.

Katanya masa SMA adalah masa-masa untuk mencari cinta. Cinta beda agama yang berakhir dengan kata putus yang terucap dari mulutku sendiri. Nyatanya Janji, persahabatan, perjodohan, itu yang lebih dominan dalam hubungan cintaku dan Bintang. Penyesalan memang datang di akhir cerita, namun kisah ku malah datang di awal.

Kota Cirebon pagi ini sangat cerah. Butiran-butiran air tidak lagi menetes ke alam semesta. Embun pagi yang basah akan terganti dengan sinar matahari.

Aku berjalan menyusuri koridor sekolah. Pagi ini sekolah masih lumayan sepi, mungkin karena aku berangkat terlalu pagi. Banyak embun yang membuat pagi ini begitu sejuk. Tiba-tiba terdengar suara ketukan sepatu yang mendekat. Sambil mendengarkan aku menolehkan kepala ke arah suara itu.

"Assalamu'alaikum. Hay," sapa Ramadhan sambil tersenyum manis kepada Rere.

"Wa'alaikumsalam. Hay, ada apa?"

"Tidak ada apa-apa. Kemarin katanya lo sakit?"

"Iya, tapi sudah mendingan ko."

"Re"

"Ya"

"Sebenarnya, nanti malam nyokap gue mengajak lo makan bersama" jelas Ramadhan.

"Re, nanti malam tidak ada acara bukan?"

Aku menggelengkan kepala seraya berkata tentu saja tidak.

"Ram, gue duluan ya," pamit ku, namun buru-buru Ramdhan menghentikan langkahku dengan menggenggam tangan ku.

"Ada apa lagi?"

"Kita berdua kan satu kelas, masuk barengan aja."

"Tapi, gue mau ke toilet dulu. Ramadhan mau ikut?"

"Hm"

Aku terkejut dengan jawaban Ramadhan. Seorang cowok cuek seperti Ramadhan mau masuk toilet cewek.

"Eh, beneran mau ikut?" Tanyaku hati-hati. Aku terus berdoa dalam hati, agar jawaban dia sesuai apa yang aku harapkan.

"Hm."

"G-gue, cewek. Ramadhan Mau ikut ke toilet cewek, ngapain."

Tuk...
Ramadhan mengetuk keningku. "Pikiran lo, mesum. Gue tunggu di luar."

"Ihh, gue nggak berfikir gituan."

"Gituan apa?"

"Hm, iya pokoknya gituan."

"Itu pikiran lo, mesum."

Ramadhan berlalu mendahului ku. Sebel, siapa yang pergi ke toilet, siapa yang ninggalin. "Sabar re, sabar." Aku menghentakkan kaki sambil bergegas menyusul Ramadhan.

"Ih, Ramadhan tungguin."

"Lama, buruan re."

"Iya, sabar."

Sekarang aku sudah menyeimbangkan langkah kaki ku dengan Ramadhan. Melihat Suasana koridor yang masih lumayan sepi. Lapangan indoor yang hanya diisi dengan sinar matahari. Daun-daun berguguran tertiup angin berhembus ke sana kemari.

"Ram, kita ke kelas aja yu."

Terlihat jelas raut wajah yang sangat kesal. Aku tersenyum manis di hadapannya. Dia terlihat menghela nafas panjang. Mengacak-acak rambutku sambil tersenyum manis.

Rere, Are You Okay? [End]✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang