"Positif." Apa yang kalian pikirkan saat mendengar kata itu. Kehamilan? Covid-19? berpikir positif? Nilai yang tinggi?
"Positif." Satu kata, dengan arti yang berbeda. Arti dari sebuah kesalahan, yang bahkan dia saja tidak mengetahuinya. Arti dari kehidupan yang sebentar lagi akan berakhir, bukan penyakit ini yang Rere inginkan. Rere tidak tau, harus berbuat apa lagi? Melakukan hal apa, agar semuanya terselesaikan. Rere juga menginginkan seseorang yang menguatkannya.
Bagaimana jika kalian ada di posisi dia? Terkurung di dalam kamar, menahan rasa sakit. Memikirkan cara terbaik, kehamilan ini bukan suatu hal yang Rere inginkan. Terinfeksi virus juga bukan suatu hal yang Rere inginkan lagi. Apa yang harus dia lakukan? Tidak ada sosok ibu yang menguatkannya. Tidak ada sosok laki-laki yang mau bertanggung jawab, atas segala sesuatu yang bahkan dia sendiri tidak tau harus apa dan gimana. Bahkan, satu rumah ini tega mengurang dan tidak ada satu orang pun, yang peduli sama dia.
Di sini, di sebuah ruangan kamar. Rere bukan sedang menangis lagi, melainkan dia sedang memegang sebuah pisau dan kantung kresek yang ia beli beberapa hari lalu. Mengeluarkan satu persatu barang yang ada di dalamnya. Nangka, buah ini adalah buah pertama yang menjadi incaran Rere.
Rere menatap buah nangka dengan tatapan bimbang, harusnya Rere tidak melakukan ini, tapi keadaan yang memaksa Rere untuk melakukannya. Tangan Rere bergerak menyentuh perutnya.
"Maafin Bunda, sayang. Bunda nggak tau harus berbuat apa lagi. Maaf, jika bunda, jahat sama kamu."
Rere bermonolog sendirian, memikirkan resiko yang ia dapatkan. Tatapannya kosong, Rere diam, namun, tangannya mulai menyentuh pisau dan segera membelah buah yang ada di hadapannya.
Kini, isi buah nangka sangat terlihat jelas di mata Rere. Apakah, sekarang, rasa buah ini tetap hambar? Rere bahkan tidak mencium aroma buah nangka. Biasanya, Rere akan mual jika mencium aroma nangka, akan tetapi tidak dengan saat ini.
Tangan Rere, bergerak mengambil isi nangka dan mulai memakannya. Tidak ada rasa sama sekali. Hambar, apakah nangka ini khusus untuk aborsi?
Pikiran Rere kacau. Aborsi, ini suatu tindakan yang kejam. Memakan nangka ini sungguh sangat menyakitkan hati. Akhirnya setelah puas makan nangka, Rere berbaring di ranjang.
"Kenyang. Enak juga nangkanya, walaupun hambar."
Rere mencoba memejamkan matanya, namun tiba-tiba saja, rasa mual di perutnya kembali hadir. Rere berjalan menuju toilet, memuntahkan cairan. Setelah memuntahkan isi perutnya, Rere melihat dirinya dari cermin.
"Mengapa efeknya jadi mual?"
Dengan tubuh yang sudah lemas, kepala yang terasa pusing. Rere memaksakan untuk berjalan, menuju ke kasurnya. Rere bersandar pada dinding. Kepala Rere sungguh sangat pusing. Rere tidak mampu lagi untuk berjalan, namun Rere memaksakannya.
Akhirnya, setelah beberapa detik, Rere sampai juga di kasur. Rere membaringkan tubuhnya. Dan mengambil kantung plastik yang berisi buah di sampingnya. Tangan Rere bergerak meraba buah selanjutnya yang akan ia makan. Dapat, Rere memegang dua buah dan satu minuman. Rere segera bangkit untuk duduk agar bisa mengupas buah.
Nanas dan pepaya, menjadi buah kedua yang akan di makan Rere. Rere segera mengupas kedua buah itu. Lalu perlahan memakannya sambil meminum soda. Rere memegangi perutnya, perlahan setelah Rere memakan buah dan soda, rasa sakit di perutnya menjalar ke seluruh tubuh.
"S-sakit...."
Rintihan kecil mulai keluar dari mulut Rere. Tangannya mulai meremas perut. Rasanya benar-benar sakit, bahkan mengalahkan rasa sakit hati yang pernah ia alami. Air mata Rere mulai berjatuhan. Sakit! Kata itu seharusnya sudah Rere terima sejak ia berfikir "aborsi." Namun kenyataannya Rere tidak bisa menerima hal itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rere, Are You Okay? [End]✅
Romance'Mintalah aku pada Tuhan mu begitu pula aku meminta kamu pada Tuhan ku' Bintang. Perbedaan bukan menjadi alasan Untuk sebuah hubungan. Saat dua hati saling mencintai, Namun justru tuhan tidak merestui. Kadang cinta harus mengalah saat cinta membawa...