Awan hitam menyelimuti langit kota Cirebon sore ini. Hembusan angin mulai tertiup kencang. Hawa dingin mulai menusuk kulitku. Daun-daun berterbangan tertiup angin kencang. Orang-orang mulai berlari mencari tempat untuk berteduh. Jalan raya mulai dipadati kendaraan yang melintas. Langit semakin gelap, butiran air mulai menetes.
Aku hanya diam sambil mengayunkan kedua kakiku. Duduk sambil menunggu bus yang datang itu sangat membosankan. Pandanganku kini tertuju pada seorang gadis kecil yang sedang memegang payung berwarna merah muda. Selang beberapa menit kemudian datanglah seorang anak laki-laki yang berumur sama seperti anak kecil itu. Mereka berjalan bersama di bawah payung menembus hujan yang mulai turun.
Kini kedua anak kecil itu sudah tidak terlihat lagi oleh pandangan ku. Suara rintik-rintik hujan mulai mengisi keheningan sore hari ini. Aku melihat jam ditangan ku. "Sudah pukul 17.00, namun bus belum juga datang."
Aku mendongakkan kepala melihat hujan kini sudah mulai reda, kini yang tersisa hanya gerimis. Aku menghela nafas panjang, melangkahkan kaki sambil menggigit bibir menahan dinginnya semilir angin yang berhembusan. Kini aku kembali melihat dua anak kecil itu, berjalan di trotoar sambil sesekali melompat, menginjak genangan air lalu mereka tertawa bersama. Aku mempercepat langkah kaki agar bisa melihat lebih dekat kedua anak kecil itu.
"Halo anak manis," ucapku sambil berjalan menyeimbangkan langkah kaki mereka.
"Kakak siapa?"
"Nama kakak Rere, kakak bukan orang jahat."
"Kita duluan ka," mereka menautkan kedua tangannya, berlari di bawah gerimis sambil sesekali melompati genangan air.
Tiba-tiba aku mendengar suara ketukan sepatu yang mendekat, aku mempercepat langkah ku. Membiarkan rambut yang tergerai bebas kini terbang tertiup angin, hingga menutupi wajahku. Ketukan sepatu kini semakin mendekat, aku memberanikan diri untuk menghentikan langkahku lalu melihat ke arah sumber suara.
"Ngapain lo disini?" Hatiku merasa jauh lebih tenang dari sebelumnya. 'Aku pikir yang mengikuti ku tadi orang jahat ternyata Bintang,' batin ku.
"Nemenin lo jalan."
"Mendingan lo, pulang aja sana."
"Oke, tapi gue anterin lo pulang," ucap bintang sambil menarik tanganku.
"Nggak, gue bisa pulang sendiri," tolak ku. Aku menghempaskan genggaman tangan Bintang lalu kembali melangkahkan kakiku.
"Pulang naik apa?"
"Bus."
"Mana, ko malah jalan kaki bukannya nunggu di halte?"
"Nggak usah ngurusin hidup gue."
"Tapi gue cinta sama lo, Re," ungkap Bintang sambil tersenyum kepada ku.
"TAPI GUE NGGAK," teriak ku.
"Gak suah bohong."
"Emang bener kenyataannya gitu."
"Mulut lo bilang nggak, tapi hati lo bilang iya," ucapnya sambil menunjuk dada ku.
"Nggak ngerti gue sama jalan pikiran lo."
"Gue salah apa sih Re sama lo?"
"Mungkin banyak, tapi kali ini kesalahan lo cuma satu__"
"Apa?"
"Selalu ganggu hidup gue, padahal kita udah nggak ada hubungan apa-apa," ucapku. Angin kencang membuat helai rambut ku menjadi berantakan. Langit masih setia menurunkan air. Halte sudah lumayan ramai orang yang berteduh, aku kembali melihat ke arah Bintang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rere, Are You Okay? [End]✅
Romance'Mintalah aku pada Tuhan mu begitu pula aku meminta kamu pada Tuhan ku' Bintang. Perbedaan bukan menjadi alasan Untuk sebuah hubungan. Saat dua hati saling mencintai, Namun justru tuhan tidak merestui. Kadang cinta harus mengalah saat cinta membawa...