{13}

29 7 0
                                    

Aku berjalan di trotoar menuju halte bus dekat sekolah. Tak terasa sebentar lagi langit akan berganti menjadi malam. Aku bergegas menuju halte bus agar tidak tertinggal sendiri di jalanan. Sehabis pingsan aku tidak mau melewatkan pelajaran yang tertinggal. Itu sebabnya aku pulang terlambat dari biasanya.

Di perjalanan tiba-tiba aku mendengar langkah kaki seseorang. Awalnya aku menghiraukan suara itu, karena di trotoar banyak pejalan kaki lainnya. Namun semakin lama perasaan ku semakin tidak enak. Langkah kaki itu terdengar mengikuti langkah ku. Aku mencoba menengok ke belakang, nyatanya tidak ada orang yang mengikuti ku dari belakang. hanya ada pejalan kaki lainnya.

Aku mencoba berjalan dengan cepat agar sampai di halte bus dengan segera. Aku merasa ada orang di belakang ku. Dan tiba-tiba saja mulutku dibekap dari belakang oleh seseorang yang tidak aku kenali.

Aku melihat di bawa ke dalam mobil dengan kondisi tangan yang terikat. Terlihat dengan jelas orang-orang jahat itu tidak hanya satu melainkan ada tiga. Setelah itu aku tidak bisa melihat apa-apa lagi. Dunia ku terasa gelap.

""Uhuk aaw, dimana aku," ucap ku saat baru siuman dari pingsan.

Aku bangun dengan tangan dan kaki terikat. Terduduk di sebuah bangku. Aku mulai melihat sekeliling tampat ku sekarang. Terlihat kotor, banyak debu, dan barang-barang yang berantakan, sepertinya ini adalah rumah kosong.

"TOLONG... TOLONG... TOLONG LEPASKAN AKU," teriak ku sekeras mungkin.

"Diam kamu," ucap seorang pria bertubuh kekar yang berjalan ke arah ku.

"Siapa kamu?"

"Kamu tidak perlu tau siapa saya" ucapnya.

Aku melihat pria itu menyentuh wajah ku. Aku segera memalingkannya.

"Jangan sentuh aku," teriak ku.

"Saya tidak akan menyentuh mu, nona."

Tidak ada yang bisa aku lakukan selain menuruti perintah para penculik itu. Aku pikir penculikan hanya ada di film-film saja, ternyata tidak. Kini aku merasakannya juga. Di sekap di sebuah rumah kosong tanpa ada orang yang aku kenal hanya ada beberapa orang jahat di sekeliling ku. Sungguh ini diluar dugaan ku.

Terduduk, terikat, menahan rasa lapar dan haus. Aku tidak pernah membayangkan bahwa diriku kini berada pada ruangan yang cukup berantakan, kotor dan berdebu.

Aku pernah melihat para penculik di televisi. Biasanya orang yang menculik akan meminta tebusan lalu pada siapa mereka akan meminta tebusan itu? Bunda? Apakah bunda masih ingat dengan ku? Apa bunda mau menemui ku? Apakah mereka akan menelpon ayah? Ayah ku saja sudah tidak ingin melihat ku? Bagaimana tidak aku pernah bertengkar dengannya dan memilih tinggal bersama bunda. Apakah ayah masih peduli dengan ku? Sedangkan aku saja tidak tahu, ayah ada di rumah atau bekerja di luar kota!

Saat ini aku hanya bisa berharap agar wanita yang aku benci bisa menolong ku. Salahkah aku, meminta pertolongan pada wanita yang sudah menghancurkannya keluargaku?

Jegrek....

Pintu terbuka, menampilkan sosok pria yang beberapa waktu lalu menculik ku. Aku melihat nya namun bibir ku sudah tidak bisa berkata-kata lagi. Aku ingin sekali berteriak sekeras-kerasnya, meminta tolong berharap ada orang yang mendengarnya dan mau menolong ku. Namun rasanya percuma saja. Tidak ada orang di sekitar rumah kosong ini. Teriakkan ku hanya bisa di dengar oleh para penculik itu. Jikapun ada mungkin yang datang adalah seekor harimau. Karena rumah kosong ini ada di tengah-tengah hutan.

Malam semakin larut. Suara jangkrik mulai terdengar jelas di telingaku. Samar-samar aku mendengar gonggongan serigala. Kicauan burung dan suara petir yang mulai bergemuruh. Perut ku terasa sangat sakti seperti ada yang menusuk-nusuk dengan pisau.

Rere, Are You Okay? [End]✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang