{06}

38 10 0
                                    

Aku berjalan di trotoar ditemani oleh Ramadhan. Lampu taman terlihat kedap-kedip yang berubah-ubah warnanya. Pedagang kaki lima sudah terlihat di depan mata. Banyak jajanan di sekeliling taman kota, dari pedagang sate, cilok, bubur ayam, es cendol, dan masih banyak lagi.

Bunga-bunga bermekaran indah, tanaman yang tumbuh dengan lebat. Rumput-rumput terlihat sangat hijau jika dilihat pagi hingga siang hari. Di sebelah kiri tumbuh bambu-bambu kecil, di sebelah kanan pula tumbuh pepohonan yang sudah berbuah.

"Mau beli makanan yang mana?" Ujar Ramadhan.

Aku tersenyum kepada Ramadhan. Menelusuri berbagai macam pedagang kaki lima. Pandangan ku jatuh pada pedagang martabak keju, aku langsung menunjuk ke arahnya.

"Lo, suka martabak keju?"

"Suka banget," kata ku.

Aku dan Ramadhan berjalan menuju penjual martabak, sambil sesekali melihat ke pedagang lainnya. Tak hanya membeli martabak aku juga membeli berbagai jenis makanan lainnya.

Kami berdua kembali berjalan menuju motor Ramadhan.

"Gimana Re?" tanya Ramadhan.

"Gimana apanya Ram?"

"Maksudnya hubungan lo sama Bintang, Re."

"Ya, lo tau sendiri kan soal gosip itu," ucap ku sambil menghela napas.

"Balikan lagi?"

"Nggak balikan Ram!"

"Terus?" Kata Ramadhan.

"Katanya kita berdua bakal jadi teman," ujar ku.

"Re, lo yakin bisa move on dari Bintang kalau kalian sahabatan?"

Aku juga tidak begitu yakin dengan keputusan ku. Jika ada yang bertanya apakah aku sudah move on atau belum, aku tidak tahu harus menjawab seperti apa? 'kalo aku di bilang udah ikhlas, nyatanya belum seikhlas itu si. Aku tuh sebenernya udah biasa aja kalo liat dia, tapi ketika aku mengenang kenangannya itu benar-benar... Iya asik aja gitu, buat dikenang. Karena kenangannya itu masih tersimpan di dalam memori terbaik di dalam hidup aku' { kata-kata ini ada di cerita physiological noise part 15 'mantan'}. Susah. Bisa dibilang cinta pertama sulit untuk dilupakan. Memang benar sih.

"Mending cari pacar lagi aja Re, yang sesuai standar lo. Se iman bukan se amin, baik, pinter, ganteng, mengerti lo, selalu ada untuk lo, dan hatinya utuh untuk lo," lanjut Ramadhan sambil membelai lembut rambutku.

"Lo sendiri gimana?"

"Gimana apanya, Rere?"

"Nggak mau cari pacar?"

"Bukan nggak mau cari pacar Re."

"Terus, kenapa?"

"Gue takut nyakitin perasaan orang yang gue sayang," ucap Ramadhan sambil tersenyum.

"Memangnya kenapa Ram?"

"Udah lupain aja nggak penting."

"Kok nggak penting sih?"

"Lagian jodoh sudah ada yang ngatur Re."

Tidak terasa waktu berjalan begitu cepat. Meninggalkan orang-orang yang lalai dan berjalan beriringan dengan orang yang menghargainya. Kakiku berjalan sudah cukup jauh, tak terasa kami berdua telah sampai di samping motor sport berwarna hitam.

Aku menaiki motor itu dibantu oleh Ramadhan. Motor yang Ramadhan Kendari telah melaju dengan kecepatan rata-rata. Angin yang sepoi-sepoi menerbangkan helaian rambut yang tertutup helm. Dari samping aku melihat beberapa orang berlalu lalang di trotoar jalan. Ada juga pedagang kaki lima yang berjualan di pinggir jalan, tak kenal lelah pedagang kaki lima itu tetap semangat dalam berjualan meksipun umurnya sudah menginjak kepala tujuh.

Rere, Are You Okay? [End]✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang