Hari ini adalah hari dimana aku harus menginjakkan kakiku di tempat ibadah agama lain. Langkah kakiku semakin pelan, hatiku gelisah saat melangkah menuju tempat ibadah agama lain. Wajahku tidak mampu menatap ke depan. Aku terus menunduk sambil mengikuti langkahnya.
Biasanya aku hanya melihat tempat ini dari luar gerbang saat aku pulang sekolah. Pagar berwarna merah menjulang tinggi, hingga saat aku melewatinya tidak kelihatan begitu jelas.
Aku terus menunduk sambil terus berdoa. Apakah aku termasuk kedalam orang munafik? Apakah ini termasuk musyrik? Bagaimana jika semua itu benar?
'Tuhan aku tidak bermaksud menyekutukan engkau, aku tidak tahu jika pria di sampingku ingin mengajakku ke tempat ibadah dia. Astaghfirullah....'
Tubuhku lemas, hatiku hancur. Ingin sekali kabur, berlari dari tempatku berdiri. Satu hal yang harus kalian tau, dia bukan siapa-siapa lagi dalam hidupku.
Jika saja boleh memilih, mungkin lebih baik aku di sandra, di bunuh, atau bahkan di culik. Hatiku hancur, perlahan air mata yang sejak tadi menggenang di pelupuk mataku turun. Aku segera menghapus air mata ini, agar tidak terlihat menyedihkan Dimata dia.
Langkahku terhenti di depan pintu masuk gereja. Aku mulai mendongakkan kepala melihat sekeliling tempatku berdiri.
Bintang yang melangkah di depan, mulai menyadari bahwa aku telah menghentikan langkahku. Dia menengok ke belakang, berjalan mendekatiku.
"Re, ayo"
"G-gue tunggu di sini aja. Lo, masuk gih"
"Re, kamu gak mau melihat bagaimana cara aku beribadah dan berdoa?"
"Buat apa?"
"Aku mau, kita memperbaiki hubungan kita. Aku mau kamu jadi istri aku dan kamu masuk agama aku," jelas Bintang.
"Maksudnya?"
"Iya re, aku janji sama kamu. Gak akan pernah marah-marah sama kamu, akan memprioritaskan kamu, dan selalu ada untuk kamu. Aku juga janji sama kamu akan memperlihatkan agamaku lebih dalam," lanjut Bintang, dia terus menatapku dengan penuh cinta.
"Maaf, gue gak butuh janji. Gue butuhnya bukti. Dan selama ini lo sudah membuktikan bahwa lo bukan yang terbaik buat gue. Satu hal yang harus lo tau, gue manusia yang masih punya hat, jadi jangan seenaknya sama gue. Lo pikir gue mau pindah agama dan jadi istri lo. Sekarang lo jadi bego karena cinta, gue lebih cinta sama tuhan gue dari pada sama lo."
"Lo mengehina gue di depan tuhan gue?"
Air mata yang aku tahan di pelupuk mata perlahan mulai meminta turun. Dan dengan tanpa seizin dari ku, air mata ini turun dengan sangat deras. Potongan-potongan memori masa laluku dengan Bintang terbesit di pikiranku. Kenangan yang selama ini aku simpan dan kunci di dalam memori terbaik ku, perlahan-lahan mulai terbuka satu persatu.
Aku menggeleng-gelengkan kepalaku agar kenangan itu tidak muncul lagi. Aku tidak mau terus menerus memikirkan masalalu hingga lupa dengan masa depanku nanti.
"Gitu aja nangis, dasar cengeng."
Aku menghapus air mataku, lalu aku menatap wajah Bintang. Helaan nafasnya memburu menahan amarah. "Seandainya waktu itu, lo mempertahankan gue juga percuma, karena pada akhirnya harus ada yang dikorbankan, entah itu perasaan atau salah satu Tuhan kita."
Bintang mengacak-acak rambutnya lalu dia menggenggam tanganku, ralat bukan menggenggam melainkan mencekal tanganku. Sakit, namun sakit ini tidak seberapa dibandingkan langkahku menuju gereja.
Aku di paksa berjalan mengikuti langkahnya. Cekalan tangan semakin sakit rasanya. Di seret menuju kedalam gereja rasanya seperti... Ah sudahlah aku tidak mau memasuki tempat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rere, Are You Okay? [End]✅
Romantiek'Mintalah aku pada Tuhan mu begitu pula aku meminta kamu pada Tuhan ku' Bintang. Perbedaan bukan menjadi alasan Untuk sebuah hubungan. Saat dua hati saling mencintai, Namun justru tuhan tidak merestui. Kadang cinta harus mengalah saat cinta membawa...