Aku dan dia duduk di sebuah kafe. Banyak orang yang keluar masuk kafe itu. Aku diam sambil menunggu pesanan datang. Jika aku belum mengetahui tentang agama ku apakah dia yang ada di hadapanku sudah tau tentang agama dia?
"Bentar lagi, gue anterin lo ke masjid," ucapnya tiba-tiba.
"Untuk apa?"
"Bentar lagi waktunya lo yang beribadah. Gue mau doa kita bertemu di amin yang sama."
"Nggak usah. Gue bisa sholat di rumah."
"Kenapa nggak di masjid?"
"Nggak kenapa-napa, nggak mau aja," jawab ku.
"Re, gue tau lo nggak mau di anterin gue. Tapi setidaknya lo melakukan kewajiban lo sebagai umat muslim," jelas Bintang.
"Lo tau nggak, seberapa penting sih sholat di agama gue?"
"Sangat penting. Dan nggak boleh ditinggalin."
"Lo tau dari mana?"
"Iya, denger dari temen-temen gue yang agama Islam," jawabnya sambil tersenyum manis padaku, "katanya sih, seberapa besar dosa yang diperbuat. Sholat tidak boleh ditinggalkan."
"Andaikan kita masih seperti dulu, dan Tuhan mempersatukan kita. Apakah Bintang mau pindah keyakinan demi Rere?"
"Kita kan udah ada kepercayaan dan keyakinan masing-masing Re. Maaf gue nggak bisa."
"Bintang tau nggak kisah cinta Fidya dan kenny?"
"Nggak, emang kenapa? Kenny meninggal atau selingkuh?"
"Dua-duanya nggak."
"Terus apa Re?"
"Kenny pindah keyakinan demi cintanya kepada Fidya."
"Terus?"
"Hm, terus apa ya," kata ku sambil berfikir keras, mengingat kisah cinta beda agama lainnya.
"Gue bukan Kenny yang bisa merelakan keyakinan demi cintanya."
"Kalau begitu, lebih baik kita jaga jarak ya... kita nggak usah memperbaiki hubungan kita."
"Rere."
"Ya, kenapa?"
"Maaf tapi bisakah kita memperbaiki hubungan kita dulu. Soal keyakinan kita yang berbeda jangan di bahas lagi."
"Kenapa. Mau sekarang atau nanti, apa bedanya? Kan sama-sama membahas soal keyakinan. Salah ya, Rere nanya itu sekarang?"
"Rere nggak salah," ucapnya sambil mengelus lembut pipiku.
"Bintang, kita pulang aja yuk," pinta ku.
"Makanannya belum datang, Re."
"Rere udah nggak mau makan lagi."
"Loh kenapa? Perutnya sakit atau kepalanya pusing? tanya Bintang, khawatir.
"Rere nggak sakit."
"Terus?"
"Sebentar lagi magrib, katanya Bintang mau nganterin Rere ke masjid."
"Hm, lo tunggu di sini."
"Bintang mau kemana?"
"Bayar, sambil minta di bungkus makanannya."
_________________________________
Author pov.
Malam semakin larut ditambah semilir angin malam yang dingin. Ditemani secangkir kopi Mocca favoritnya. Pukul 19.25 tepat Bintang masih menunggu pacarnya lebih tepatnya mantan pacar, Rere. Di sebuah warung kopi yang tidak jauh dari masjid, Bintang dengan sabar menunggu gadisnya. Gadis yang sudah berbulan-bulan ia rindukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rere, Are You Okay? [End]✅
Romansa'Mintalah aku pada Tuhan mu begitu pula aku meminta kamu pada Tuhan ku' Bintang. Perbedaan bukan menjadi alasan Untuk sebuah hubungan. Saat dua hati saling mencintai, Namun justru tuhan tidak merestui. Kadang cinta harus mengalah saat cinta membawa...