{40}

29 2 0
                                    

Author. Pov

Rere membuka mata dengan perlahan. Ruangan yang gelap teleh ia lihat. Mengerjap-ngerjapkan mata sambil melihat sekeliling, itu yang sedang ia lakukan sekarang. Telinga Rere mendengar suara dengung yang ribut sekali di sekelilingnya. Suara kendaraan disertai bising klakson mobil telah Rere sadari.

Gemuruh suara petir membuat takut akan kesendirian.Ya malam ini, Rere harus melawan rasa takutnya. Kini suara kendaraan bermotor semakin dekat. Suara kendaraan yang ia kenal. Motor yang sempat 8 bulan mengantarkan dia kesekolah bahkan nama sang pemilik masih ada di dalam hati Rere saat ini.

Kepalanya menengok ke kanan dan ia sadar, truk besar sedang melintas dari arah kanan. Dengan sialnya Rere tidak sadar bahwa dari arah yang berlawanan ada sebuah motor yang melaju kencang. Otaknya seketika berputar dengan sangat cepat. Pusing melanda kepada Rere, dengan lembut cahaya terang menyinari wajahnya.

Bintang Febry, laki-laki yang sempat menjadi kekasih Rere. Dengan ketampanannya membawa kendaraan bermotor dengan kecepatan tinggi.

Sreettttt.. darr.. darrr..., terdengar suara benturan keras. Truk yang sedari tadi melaju dengan kencangnya, oleng seketika. Membuat para pengendara dan orang-orang yang ada di jalan berteriak satu sama lain. Semua orang kelihatan panik. Mereka berusaha untuk menolong korban.

Benturan dari truk yang oleng, membuat motor terasa melayang di udara dan berbalik sembilan puluh derajat. Bagian depan motor, berubah menjadi bagian bawah seketika itu, motor yang semula terlihat baik-baik saja seolah menjadi rusak tak berbentuk.

Selanjutnya, Rere hanya sempat melihat keramaian orang yang mengrubuni supir truk. Telinga Rere pun begitu jelasnya mendengar suara benturan yang mengakibatkan kaca dan motor pecah berantakan.

Dan akhirnya teriakan-teriakan seluruh orang di sekitar jalan menghilang seketika. Pandangan Rere pun ia alihkan untuk mencari keberadaan Bintang.

Kecelakaan terjadi begitu cepat. Motor mewah yang dikendarai Bintang, sudah rusak atau bahkan sudah menjadi serpihan. Darah segar mengalir memenuhi jalan raya.

"BINTAAANGGG...," teriak Rere sambil berlari kecil menuju Bintang yang sudah terpental jauh.

Air mata sudah mengalir deras dari pipinya. Darah yang bercucuran memenuhi seluruh tubuh dan mukanya. Kepala yang sudah terlihat otaknya dan wajah yang rusak. Tangisnya terdengar pilu, dia memeluk Bintang, hingga ia tak mempedulikan darah yang sekarang sudah memenuhi pakaiannya.

"Telfon ambulans," kata bapak-bapak yang sekarang mendatangi Bintang.

"Baik," jawab salah satu orang yang ada di sana.

"Mbak, kenal sama masnya?"

"Kasian banget, pacarnya ya mbak?"

"Yang sabar."

"Dia bawa motornya ngebut, dan sepertinya truk juga ngebut," ucap ibu-ibu yang sedang memandangi Bintang.

"Jadi siapa yang salah, Bu?"

"Sepertinya dua-duanya."

Berbagai ucapan dan pertanyaan terdengar jelas ditelinganya, namun Rere seolah tuli. Dia hanya fokus pada sosok laki-laki yang ada di dekapannya. Hingga celotehan kali ini membuat Rere semakin histeris.

"Orangnya masih hidup?"

"Biar saya cek, dulu," ucap bapak-bapak yang kemudian mengecek denyut nadi di berbagai tempat namun nihil. Tidak ada detakan nadi, napas maupun detak jantung.

"Inalillahi wa innailaihi rojiun, dia tidak bernapas," lanjut bapak itu.

Tubuh Rere seketika lemas, tangisnya semakin kencang. "NGGAK, BINTANG BELUM MENINGGAL. BANGUN AYO BANGUN," ucap Rere sambil mengguncang tubuh Bintang.

Rere, Are You Okay? [End]✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang