Motor sport berwarna merah telah terparkir di halaman rumah. Dari balik jendela kamar aku melihat seseorang memasuki rumah ku. Samar-samar aku mendengar suara ketukan pintu rumah yang terketuk.
Aku mulai berjalan untuk mengunci pintu kamar. Hari ini adalah hari weekend kesempatan emas untuk tidur seharian. Namun tiba-tiba suara ibu tiri yang memanggilku terdengar. Suara itu berasal dari ruang tamu, aku berjalan menuruni tangga. Dapat aku lihat laki-laki itu sedang duduk menunggu seseorang. Aku berjalan menuju seseorang itu, memastikan bahwa dia bukan sedang menunggu ku.
"Rere, ko belum siap-siap," ujar Bintang.
"Kenapa? Gue jelek. Bilang aja kali, nggak usah nyuruh buat siap-siap segala."
"Lo cantik Re. Cantiknya aku maukan pergi nemenin aku, sekalian jalan-jalan?"
"Beneran? Bintang nggak boong kan."
"Nggak sayang. Ya udah sana, siap-siap dulu."
Aku enggan beranjak dari tempatnya. Melihat wajah Bintang dari dekat rasanya seperti kembali ke masa lalu.
"Bintang nggak usah panggil sayang juga, kan kita udah put...."
"Hustt, gue nggak pernah minta putus sama lo."
"Tapikan waktu itu gue yang minta."
"Gue nggak pernah terima kalau kita putus," kata Bintang.
"Saat itu Bintang diem aja, tandanya Bintang setuju."
"Gue diem karena gue mau memberikan ruang untuk lo sendiri dulu."
"Tapi tetep aja kita nggak bisa bersama."
"Loh kenapa? Rere jatuh cinta sama pria lain?"
"Bukan gitu. Emm kita kan beda," ucap ku sepelan mungkin.
"Re, kita jalani dulu yang sekarang. Nikmati waktu kebersamaan kita, urusan kita bisa bersama atau nggak itu belakangan. Gue janji akan selalu ada di samping lo," kata Bintang seraya tersenyum kepada ku, "udah sana siap-siap, jangan lama-lama ya cantik."
Aku berlari menuju kamar, bersiap-siap untuk pergi bersama Bintang. Dulu Bintang tidak pernah sekalipun mengajak ku untuk keluar, sekedar makan bersama saja dia tidak mau. Prioritasnya adalah Yunita, menjaga dia dan menjadi mata kehidupan bagi sahabatnya yang tidak bisa melihat. Aku cukup memahami, bertahan demi hubungan ini. Tapi kenyataannya dia lebih memilih sahabat dan sekarang sikapnya berubah setelah sahabatnya bisa melihat lagi.
Aku segera bersiap-siap, rasa senang ini tidak bisa aku ungkapkan lewat kata-kata. Aku bergegas menuruni tangga.
"Bintang ayo," pinta ku.
"Cantik," kata Bintang.
"Emang tadi gue nggak cantik ya?"
"Cantik Re malahan sekarang lebih cantik."
Kami berdua berjalan keluar rumah menuju motor sport berwarna merah yang terparkir di halaman depan rumah ku. Bintang memakaikannya helm kepada ku dan menyuruhku untuk naik ke atas motornya.
"Kita mau kemana?"
"Nggak usah banyak tanya, nanti juga tau. Mending sekarang pegangan."
"Nggak mau."
"Rere."
"Iya, nih gue pegangan."
"Ko di pundak, bukan di sini," ucap Bintang sambil menunjuk pinggangnya.
"Yang penting kan pegangan."
Motor sport berwarna merah mulai meninggalkan halaman rumah. Pemandangan silih berganti, pohon-pohon yang hilang timbul, garis putus-putus yang terlihat jelas di aspal jalanan, kendaraan yang melintas tidak begitu banyak, pedagang kaki lima yang baru membuka gerobak dorong, juga para pengamen cilik yang baru mulai berdatangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rere, Are You Okay? [End]✅
Любовные романы'Mintalah aku pada Tuhan mu begitu pula aku meminta kamu pada Tuhan ku' Bintang. Perbedaan bukan menjadi alasan Untuk sebuah hubungan. Saat dua hati saling mencintai, Namun justru tuhan tidak merestui. Kadang cinta harus mengalah saat cinta membawa...