{28}

13 2 0
                                    

~Tak mengapa, tak semua cerita mampu di ungkapkan dengan kata kata, namun dapat di ungkapkan dengan air mata. Nggak apa-apa semuanya akan baik-baik aja. Nggak usah sedih ya, ganteng.~
-Rere Nathalie-

***
Rere pov.

Kisah asmara seseorang memang tidak pernah ada yang bisa menebak seperti apa jalan akhirnya. Ada beberapa orang mampu membuat cerita cintanya jadi happy ending atau berakhir dalam sebuah ikatan pernikahan. Ada pula pasangan yang telah melakukan banyak perjuangan, namun karena satu dan beragam alasan membuat hubungannya kandas di tengah jalan.

Permasalahan besar dan tak menemukan jalan keluar kadang kala menjadi alasan utama perpisahan dan berujung dengan permusuhan. Dan kisah itu terjadi pada Rere, bukan hanya dengan Bintang, tapi dengan Ramadhan juga.

Disinilah aku sekarang, berdiri di depan sepasang kekasih yang akan bertunangan. Di sekelilingku, banyak orang-orang yang berteriak heboh, senang, tak lupa mereka mengucapkan kata selamat. Sedangkan aku hanya berusaha tersenyum dengan tulus.

"Rere, apa kabar?" sapa tante Diana_ mamahnya Ramadhan, yang tiba-tiba saja ada di hadapanku.

"Alhamdulillah, Rere baik. Tante sendiri, gimana kabarnya, sehat."

"Alhamdulillah, sehat."

"Maafin tante, ya nak. Karena perjodohan ini, kamu dan Ramadhan tidak bisa bersama," ucap tante Diana dengan mata yang sudah berkaca-kaca.

"Tidak apa-apa, tente. Justru Rere, mau berterimakasih sama tante dan Ramadhan. Kalian sudah baik banget sama aku," ucapku menahan air mata yang satu kedipan mata sudah luruh.

"Rere, andaikan saja, sejak dulu Ramadhan membawa kamu ke rumah. Mungkin kamu yang sekarang ada di samping Rama," kata tante Diana sambil memelukku.

"Mungkin Rere, bukan jodoh yang baik buat Rama. Dan sekarang Rere, belajar untuk ikhlas tan," ucapku yang masih dalam pelukan tante Diana.

Tak tahan, rasanya aku ingin menangis sejadi-jadinya. Namun, tentu jika itu terjadi, aku akan sangat malu. Ku usap air mata yang hampir jatuh dari pelupuk mata. Menarik nafas dalam-dalam dan mencoba tenang sebisa mungkin.

Ku coba melepaskan pelukannya, lalu mengusap air mata yang mulai mengalir pada wajah tante Diana. "Tante, Rere pamit mau ke atas sebentar ya. Kasian Rama dan mika sudah berdiri terus sejak tadi."

"Ya sudah, jangan lupa nanti makannya di makan."

"Iya tente," aku berjalan menuju tempat di mana sepasang kekasih itu berdiri. Namun, tiba-tiba saja, tente Diana kembali memanggil namaku.

"Re," panggil tente Diana.

Aku menoleh ke arahnya, "iya tante."

"Sering-seringlah main ke rumah, ya. Tante sudah menganggap kamu seperti anak tente sendiri," pesan tante Diana.

"Pasti, tan," ucapku sambil melanjutkan langkahku.

Ku lirik Ramadhan yang mengenakan jas putih, wajahnya menatap ke arahku. Sebenarnya aku tak sanggup berada di sini. Namun, Ramadhan adalah sahabatku, yang selalu menunggu kehadiranku. Untuk menguatkan hatinya, yang mungkin sekarang sedang sama-sama tersakiti.

"Selamat ya, semoga hubungan kalian langgeng sampai ke jenjang pernikahan," ucapku sambil tersenyum semanis mungkin.

Mataku tak sengaja bertemu dengan tatapan mata Ramadhan. Sungguh aku melihat kesedihan pada sorot mata yang dia berikan. Tanpa aba-aba, Ramadhan langsung memeluk diriku. Entahlah aku harus senang atau malu sekarang! Namun, anehnya bahuku mulai terasa basah, dan aku yakin bahwa Ramadhan sedang menangis sekarang.

Rere, Are You Okay? [End]✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang