{08}

47 12 1
                                    

'seberapa erat kita bergenggaman, seberapa besar perjuangan, seberapa nyaman kita berpelukkan, ujungnya kita tidak bisa bersama karena mengadahkan tangan ku tidak akan pernah bersatu dengan lipatan tangan mu'

____________________________________

Dentingan sendok dan piring mendominasi suara di ruang makan. Ditemani suara rintik hujan dan hembusan angin yang mengisi kesunyian di ruang makan. Tidak ada makanan mewah seperti buah super mahal, pancake, ataupun sereal. Hanya nasi goreng yang aku masak beberapa menit lalu yang ada di atas meja.

"Alhamdulillah kenyang," kata ku, setelah makan aku membersihkan beberapa alat masak yang kotor.

"Selamat pagi anak mamah, wah pinter banget sih sudah bisa masak sendiri," ucap seorang wanita paruh baya itu.

Aku hanya diam.

"Selamat pagi sayang, tumben sekali kamu masak nasi goreng," ucap ayah.

"Bukan aku yang masak mas, tapi Rere."

"Tumben sekali kamu masak Re," kata ayah.

Aku masih diam, memilih untuk berlalu pergi meninggalkan meja makan. Namun aku urungkan niat itu saat pikiran ku teringat bunda. Aku berjalan menuju meja makan tepat berada di sisi kiri sang ayah.

"Ayah," panggil ku.

"Ya, kenapa?"

"Rere, boleh minta sesuatu sama ayah?"

"Apa?" tanya ayah yang masih sibuk dengan piring nya.

"Izinkan Rere tinggal sama bunda."

Prang...

Ayah menjatuhkan piringnya, aku terkejut mendengarnya. Melihat raut wajah ayah yang terlihat sangat marah kepada ku. Aku menghela napas panjang, memilih mendengarkan seluruh keputusan dari pria di hadapan ku.

"Tidak, kamu harus tetap ada di sini," teriaknya.

"Harusnya aku yang marah sama ayah, aku hanya ingin tinggal sama bunda, apa itu salah? Dari kecil aku kehilangan kasih sayang seorang ibu, harusnya aku bersama bunda melewati hari-hari bersama tanpa sosok ayah yang menghancurkan kepercayaan kami berdua. Dulu ayah bilang akan memberikan kado ulang tahun yang begitu indah untukku, tapi yang ayah kasih justru kado terburuk yang pernah Rere terima."

"Ayah sudah memberikan ibu untuk kamu re, apa itu belum cukup?"

"Ibu yang ayah kasih untuk Rere itu kado terburuk buat Rere."

Tetesan air mata sudah berjatuhan. Pikiran ku hanya tertuju pada kejadian di mimpi itu. Hancur. Aku sangat hancur saat ini melihat pilihan ayah yang masih tetap sama. Rintik hujan yang terdengar mulai reda mengisi keheningan pagi ini.

"Saya tidak mau kamu tinggal sama bunda kamu Re, dia jahat."

"Ayah yang jahat. Aku melihat semua kejadian itu ayah, wajah lelah bunda hingga ayah yang tengah bermesraan dengan perempuan itu," kata ku sambil menunjuk ke arah ibu tiri ku.

"Re, mungkin hari itu kamu cuma salah liat," kata ibu tiri ku.

"Terserah apa yang ayah ucapkan, Rere tetap akan menemui bunda dan mengajaknya tinggal di kota ini," ucap ku sambil berlalu pergi meninggalkan ruang makan.

Rere, Are You Okay? [End]✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang