{24}

17 3 0
                                    

Author pov.

Bintang tersenyum pedih melihat nasibnya saat ini. Hati gadis itu sangatlah keras, tidak bisa ia hancurkan. Ia teringat akan kerjasama antara perusahaan Cika dan Radit. Kebetulan sekali, bukan. Ide cemerlang, yang akan menguntungkan bagi dirinya, terlintas begitu cepat. Bintang tersenyum manis, membayangkan bahwa dirinya akan satu rumah dengan Rere, pasti sangat menyenangkan. Dan dengan itu, ia bisa melakukan apa yang ia inginkan. Mendapatkan hati Rere kembali juga akan sangat cepat baginya.

Cika berjalan menuju meja makan, ia mengerutkan keningnya. Melihat anaknya senyum-senyum sendirian. Membuatnya geleng-geleng kepala. Cika memilih duduk di hadapan Bintang. Ternyata Bintang belum menyadari keberadaannya.

"Cinta memang bikin siapa saja menjadi gila."

Perkataan itu saja tidak didengarkan oleh sang anak. Cika memilih untuk mengambil nasi dan lauk, membiarkan Bintang yang masih melamun. Saat Cika hendak makan saja, sang anak masih tersenyum, entah apa yang anaknya pikirkan.

Cika semakin memicingkan matanya. Dia mulai was-was, apa jangan-jangan anaknya sudah Gila?

"Kamu tidak mau makan?"

Sama seperti sebelumnya, tidak ada respon apapun dari Bintang.

"Kamu mikirin siapa sih, mamah jadi penasaran! Apa jangan-jangan kamu gila?"

"Jangan ngaco, mah."

Ternyata pertanyaan itu yang membuat anaknya tersadarkan akan lamunannya.

"Siapa sih, perempuan yang membuat anak mamah seperti orang gila."

"Mah."

"Yunita kan! Mamah sudah mendukung pasti Yunita, tidak ada lagi yang membuat kamu seperti ini."

"Bukan."

"Hah! Jika bukan Yunita siapa?"

"Dia cantik, baik, pintar. Definisi perempuan sempurna."

"Namanya?"

"Rere."

"Rere, manatan kamu itu?"

"Hm."

"Pantas saja kamu seperti ini, karena dia."

"Oh, iya. Perusahaan mamah bekerja sama dengan Albert group, kan?"

"Iya, kenapa?"

"Saya, mau mendapatkan hatinya Rere lagi," ucap Bintang sungguh-sungguh.

"Mamah, nggak salah dengar, kan."

"Ada yang salah?"

"Nggak. Kamu ingat, kan. Kalau kalian berdua itu berbeda keyakinan."

"Terus kenapa?"

"Kamu, masih nanya kenapa! Bintang, kamu mau pindah keyakinan demi cinta?"

Bintang diam, ucapan Cika memang benar. Bintang tidak akan pindah keyakinan demi cinta, demi Rere. Lalu, apakah Bintang tidak berhak bahagia? Dia tidak boleh bersama dengan Rere, untuk sesaat saja. Setidaknya sampai tuhan yang memisahkan keduanya. Sampai salah satunya menemukan orang baru.

"Andaikan kamu, tidak berpikir pakai logika. Dan tetap mau pindah keyakinan demi cinta. Lebih baik kamu tidak usah melihat mamah lagi, anggap saja mamah sudah meninggal."

"Mah...."

"Pikirkan matang-matang. Kamu dan dia itu berbeda."

"Iya, mah. Saya janji tidak akan pindah keyakinan demi cinta. Tapi izinkan saya untuk bersamanya saat ini saja."

Rere, Are You Okay? [End]✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang