{34}

17 2 0
                                    

Author pov.

Pagi ini langit begitu cerah, mentari pun bersinar terang. Tidak ada awan hitam yang menyelimuti. Angin berhembus, menerbangkan dedaunan. Mobil mewah milik Ramadhan mendadak berhenti. Mereka berjalan menuju tempat Arini. Rere hanya diam sambil mengikuti langkahnya.

Mereka sampai di suatu tempat yang sepi, sunyi tak ada orang di sana, tempat apa ini? Tanya Rere dalam hati, Ramadhan berhenti dan berjongkok di depan batu nisan, raut mukanya berubah.

"Ram, ini tempat apa? Bukankah lo akan mengajak gue bertemu bunda?" tanya Rere.

Raut mukanya terlihat sedih, dia menundukkan wajahnya.

"Iya, ini kita sudah sampai” Jawab Ramadhan.

"Tapi mana bunda? Dia tidak ada di sini, dan ini bukannya kuburan ya. Apa bunda sedang mengumpat untuk mengejutkan gue?" tanya Rere dengan mata berbinar

"Tidak Re, nyokap lo ada di sini, dia telah bahagia di alam sana, di surga," kata Ramadhan sambil mengelus pundak Rere.

"Bunda di surga? Bukankah kemarin itu hanyalah mimpi? Lantas kenapa bunda gak ngajak gue?" tanya Rere.

"Iya, nyokap lo sekarang sudah tenang di alam sana," kata Ramadhan.

"Lo bohong kan, Ram," kata Rere dengan suara yang mulai bergetar.

"Nggak Re, lo Inget kan kalau pernah ke sini?"

"Iya, tapi bukankah itu hanyalah mimpi?"

"Bukan. Itu bukan mimpi Re, itu kenyataan," katanya dengan nada yang lembut.

"BUNDA DI MANA? RERE SEKARANG ADA DISINI. BUNDA KELUAR YA, AKU KANGEN SAMA BUNDA. BUNDA MASIH HIDUP KAN, RAMADHAN BOHONG KAN BUN. BEBERAPA MINGGU KEMAREN ITU HANYALAH MIMPI KAN BUN. BUNDA JAWAB BUN...."

"Re, stop. Tante Arini sudah meninggal."

"Nggak Ram. Bunda masih hidup," kata Rere, matanya sudah berlinang air mata.

"Re, coba lo liat batu nisan itu," ucap Ramadhan sambil mengelus batu nisan itu.

"Jadi itu bukan mimpi. Bunda telah pergi," air mata ini turun dengan sangat deras. Berjatuhan, menetes ke tanah.

"Bun, kabar bunda sekarang gimana? Pasti tenang banget ya, sekarang di sana. Sekarang bunda udah nggak ngrasain sakit lagi. Tidurnya juga pasti nyenyak banget. Aku kangen sama bunda. Kangen masakan bunda, kangen pelukan bunda, kangen omelan-omelan bunda, kangen nasihat bunda. Tunggu aku ya Bun. Aku pasti akan ke sana bertemu bunda. Tapi maaf untuk sekarang, aku nggak bisa nyusul bunda. Ada Becca yang butuh aku Bun, dia butuh kasih sayang aku sekarang. Dia juga merasa kehilangan banget sosok bunda, sekarang Eca hanya punya Rere. Tapi Rere kangen sama bunda. Aku pikir kemarin hanyalah mimpi Bun. Hingga harapan-harapan itu muncul, tapi ternyata bunda udah nggak ada."

"Re, udah ya. Jangan nangis, kasian tante Arini jadi ikutan sedih."

"Sekarang aku nggak bisa lama-lama disini. Aku janji akan sering-sering ke sini, sama Eca juga. Maafin aku ya Bun, aku nggak bisa cepet-cepet bawa oksigen ke ruangan bunda. Aku nggak bisa cari rumah sakit yang kosong. Aku minta maaf bun."

"Sekarang kita pulang ya," ajak Ramadhan.

"Aku pulang dulu ya Bun. Rere pamit. Selamat tidur bunda, jangan pernah lupain aku ya Bun. Bunda akan selalu ada di hati aku. Rere kangen banget sama bunda. I love you bunda...."

Langkah kaki ini semakin jauh meninggalkan tempat pemakaman. Hati ini masih belum bisa menerima kenyataan. Kepergian Arini seolah hanyalah mimpi semata. Akan tetapi hidup akan terus berjalan.

Rere, Are You Okay? [End]✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang