Pagi ini langit begitu cerah sebab ditemani matahari yang selalu menyinari bumi. Namun, hawa dingin terasa cukup mencengangkan tubuh. Perlahan, rintik hujan mulai membasahi bumi. Ya, akhirnya, setelah beberapa bulan kota Cirebon cerah. Kini air kembali menetes.
Seorang pria berseragam sekolah sedang menunggu seseorang di depan tangga. Ia, melirik jam tangannya. Sudah, pukul 06.42, akan tetapi, gadis cantik nya belum juga keluar kamar.
"Kebiasaan cewek, kalau dandan, lama!"
Dengan, sabar, Bintang menunggu Rere. Tidak berselang lama, Rere keluar dari kamarnya. Dari sorot matanya, dia sudah sangat malas, melihat wajah Bintang. Perlahan Rere mulai menuruni tangga. Bintang yang mendengar suara langkah kaki seseorang, langsung menatap ke sumber suara. Terlihat jelas, gadis cantik, sedang menuruni tangga. Bagi Bintang, melihat wajah nya saja, sudah membuat hati nya tenang apa lagi selalu bersamanya.
"Nggak berangkat?" ucap Rere saat sudah di hadapan Bintang.
"Nunggu lo."
"Harusnya berangkat aja tadi," Rere terus saja berjalan, di ikuti Bintang yang mulai mensejajarkan langkahnya.
"Kenapa? Gue mau-nya berangkat bareng lo."
"Nggak bisa. Kita harus jaga jarak."
"Buat apa?"
"Kasih waktu, buat gue menerima sosok lo di keseharian gue. Kasih istirahat, buat hati dan otak gue yang selama ini bertengkar. Harus mendahulukan hati atau kenyataan yang terjadi."
"Maaf, gue nggak bisa menjauh dari lo."
"Se-sulit itu melupakan gue? Memangnya kenapa lo harus segini nya sama gue. Apa sih keuntungan lo, bisa bersama gue lagi, nggak ada, Bintang. Yang ada, malah makin runyam."
"Tapi, lo adalah cinta kedua gue setelah nyokap. Dan gue nggak mau cari yang lain. Gue sudah memberikan semua rasa cinta dan sayang gue ke elo."
"Nggak, lo nggak boleh kaya gini. Lo harus bisa melupakan rasa cinta lo ke gue."
"Gue nggak mau Re."
"Bintang, masih banyak perempuan cantik, pintar, baik, yang lebih dari gue, dan yang terpenting se iman sama lo. Kenapa harus gue, yang jelas-jelas nggak se iman sama lo."
"Tuhan yang sudah menentukan kepada siapa hati ini berlabuh. Mungkin maksud Tuhan baik. Menghadirkan sosok perempuan manis dan cantik di hadapan gue, untuk melengkapi kekosongan dan kekurangan dalam hidup gue."
"Tuhan memang baik, kita yang salah."
"Jadi, mau, ya, berangkat bareng gue. Sudah hampir terlambat, Re."
"Sorry, Gue berangkat bareng Ramadhan. Lain kali aja ya." Rere menghentikan langkahnya, membalikkan badan, sambil tersenyum manis sekali kepada Bintang.
"Lain kali? Lo mau berangkat bareng gue, Re?" tanya Bintang memastikan.
"Insyaallah," jawab Rere sambil berjalan menuju motor sport berwarna hitam milik Ramadhan.
____________________________________
"Insyaallah. Itu kata-kata yang diucapkan seseorang muslim ketika ada orang yang ingin mengajak pergi atau hal lainnya. Mereka tidak mau berkata, iya dan tidak. Karena mereka tidak tau bisa menepati janji itu atau tidak. Bisa sih, bro, sebenarnya mengatakan 'iya' namun nantinya jika dia berhalangan hadir, dia mendapatkan dosa, oleh sebab itu, Rere mengatakan, insyaallah," jelas Arief.
Bintang yang mendengarnya, hanya bisa terdiam sambil sesekali menganggukkan kepala. Bintang sekarang mengerti, mengapa tadi Rere berkata, 'insyallah.'
KAMU SEDANG MEMBACA
Rere, Are You Okay? [End]✅
Romance'Mintalah aku pada Tuhan mu begitu pula aku meminta kamu pada Tuhan ku' Bintang. Perbedaan bukan menjadi alasan Untuk sebuah hubungan. Saat dua hati saling mencintai, Namun justru tuhan tidak merestui. Kadang cinta harus mengalah saat cinta membawa...