{41• Ending•}

43 2 0
                                    

Bunyi monitor yang sekarang terdengar semakin menyakitkan. Dokter dan beberapa suster sedang melakukan yang terbaik untuk Rere. Alat pacu jantung berkali-kali mereka coba lakukan kepada Rere. Dan akhirnya dengan langkah yang putus asa. Dokter keluar dari ruangan. Semua orang menunggu Dokter itu berbicara.

"Sebelumnya saya minta maaf kepada bapak dan ibu dari pasien atas nama Rere Nathalie. Kanker baru timbul pada otaknya, dan sekarang sudah memasuki stadium awal. Kemungkinan besar pasien akan mengalami koma hingga waktu itu tiba. Kalian semua boleh memasuki ruangan, namun dimohon untuk tenang dan tidak membuat keributan. Saya permisi dulu," ucap sang Dokter yang kemudian berlalu meninggalkan ruangan Rere.

Seketika mimik wajah mereka semua menampakkan kesedihan. Banyak air mata yang menetes dari mata orang yang ada di luar ruangan.

Satu persatu mereka memasuki ruangan. Suara monitor yang sudah terdengar tak seirama seperti biasanya, bahkan hampir lurus. Oksigen yang sudah kurang dari 80. Semua orang terkejut, apakah sudah tidak ada harapan lagi?

Perlahan namun pasti Rere mencoba untuk membuka mata tapi mata ini tetap saja sulit untuk ia buka. Dia pandang sekeliling tapi hanya gambaran cat putih dan bau yang tidak sedap. Ia angkat tangannya tapi jelas ada selang infus lalu meraba hidung tapi masih ada infus, Rere hembuskan nafas dalam sebagai lambang putus asa.

Dan sekarang semua mata tertuju pada Rere yang sudah sadarkan diri. Air matanya perlahan mulai menetes. Dengan susah payah Rere membuka mulutnya dan memanggil satu nama yang sudah sangat ia rindukan.

"Bi...n-tang...," ucap Rere dengan lemah.

"Iya," jawab Bintang sambil mendekati Rere.

"Ka...mu m-asih hid...up?"

"Iya sayang, aku masih hidup. Kamu bertahan ya, harus kuat."

"A-aku ngg...gak ku...at"

Rere tersenyum melihat keadaan Bintang yang ternyata masih hidup. Namun tiba-tiba saja pikirannya berkecamuk, mengingat dia bukan wanita yang sempurna lagi. Rere menarik napasnya dengan susah payah agar dia bisa berbicara dengan lancar lagi.

"Kamu h-harus men...cari wanita y-yang lebih baik dari a-aku," ucap Rere dengan napas yang tersengal.

"Nggak, aku mau jadi calon suami kamu. Calon imam dalam shalat di agama kamu."

Rere mengambil napas lagi. "Ja...ngan k-mau tid-dak bol-leh pin-dah agama."

"Aku mau selamnya sama kamu, aku mau pindah agama demi kamu," ucap Bintang tulus.

"Bintang, Lo apa-apa sih," bentak Neli.

"A-aku mau, ka-mu pin-dah agama bu-kan kar-ena a-aku. Tapi kar-ena diri k-kamu sendiri. Aku jug-ga buk...kan wanita sempurna l-lagi."

"Maksud kamu apa, Re," ucap Neli yang dari tadi hanya mendengarkan saja.

"A-aku melihat Dok...ter mengangkat ra-him dan bayi aku."

Bintang mulai meneteskan air matanya. Dia baru mengetahui Rere hamil dan anaknya telah meninggal dunia. "Maaf sayang," ucap Bintang

"Ken-napa?"

"Maafkan aku yang telah melukai mu, maaf aku belum bisa bertanggung jawab atas perbuatan yang aku lakukan. Anak itu adalah anak ku, Rere karena luka dan anak yang aku berikan kamu jadi seperti ini. Maaf sayang."

"Bu-kan sal-ah k-kamu."

Radit memberikan tatapan mematikan kepada Bintang. Sungguh saat ini dia ingin sekali memukul anak itu. Namun sayangnya ada Rere.

Sekali lagi Rere mengambil napas dalam-dalam, agar dia bisa berbicara dengan lancar. "Jadiin ini pel-ajaran buat kamu, cari wan-ita yang seiman de-ngan kamu. Ikhlaskan kep-per-gian ku. Ini ad-alah cara Tuhan mem-isah-kan kita."

Rere, Are You Okay? [End]✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang