23 | Bertemu

1.2K 107 79
                                    

Seandainya jengkol bisa menghilangkan jengkel dan pete bisa menghilangkan bete, mungkin dunia ini akan sangat tenang walau sedikit bau

>>>>><<<<<

Sepulang sekolah dan makan Renata langsung masuk kedalam kamar dan belajar untuk ujian besok. Jam sudah menunjukan pukul 19.00 malam, ia mengambil ponselnya yang dia letakan di sampingnya. Alisnya berkerut saat melihat pesan chatnya hanya di baca.

"Kok chat gue cuman di baca doang sih sama manusia itu." Renata menutup bukunya dengan perasaan dongkol.

"Gue kenapa jadi kaya gini sih? Jangan bilang lo udah nyaman sama kak Aldi!" serunya kesal.

Renata mengacak rambutnya hingga berantakan. Ia galau mengapa pesannya hanya di baca? Apa ia melakukan berbuat salah sehingga Aldi tidak ingin membalas pesannya?

Dor! Dor! Dor!

Suara ketukan pintu yang sangat tidak sopan itu membuat Renata menutup kupingnya rapat di tambah dengan suara berisik dari kakaknya.

"RENATA!" seru Fajar dari depan kamar.

"APAAN SIH LO PRIK BANGET JADI KAKAK!" teriak Renata yang masih menutup telinganya.

"BURUAN TURUN MAKAN MALEM!"

"GAK USAH TERIAK-TERIAK BISA GAK SIH?!"

"LO JUGA TERIAK YA SETAN!"

"KOK LO MALAH NGELUNJAK SIH JADI KAKAK!"

"BURUAN MONYET KELUAR, GUE DOBRAK JUGA NIH PINTU!"

Dengan perasan dongkol Renata membuka pintu dengan kencang sampai pintu tersebut terbentur ke dinding dengan kencang.

Ana dan Gilang yang sudah berada di meja makan pun terkejut mendengar kedua anaknya bertengkar.

"Dari tadi kek keluar," ujar Fajar yang hendak pergi menuruni anak tangga.

"Diri tidi Kik kiliwir!" Ledek Renata yang mengulang ucapan kakaknya.

Renata duduk di meja makan bersama kedua orang tuanya yang sudah geleng-geleng kepala melihat kelakuan anaknya.

"Kalian kenapa sih berantem terus kerjanya?" tanya Ana.

"Mas Fajar duluan tuh yang mulai!" Tunjuk Renata kesal.

"Kalo enggak di teriakin kaya tadi lo enggak bakalan keluar kamar!"

"Tapi yang sopan dikit dong!"

"Stop!" seru Gilang yang benar-benar sudah pusing mendengar perdebatan adik kakak di hadapannya saat ini.

Renata dan Fajar masih saling menyalahkan satu sama lain, tidak ada yang mau mengalah.

"Gara-gara lo!" seru Renata kepada Fajar.

"Lo!" balas Fajar tidak mau kalah

"Lo!"

"Lo!"

"Fajar! Renata diam!" sertak Gilang yang membuat mereka terdiam karena takut.

Pacar Sengklek (On going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang