Part 81

1.4K 119 24
                                    

Surprisee double up for today
Yokkk vote vote🔥

..........

Kini di rumah sakit,Jordan mondar-mandir di depan pintu UGD. Jordan tak mempedulikan apa yang terjadi di sana tadi,ia juga tak berniat mencari info dari Ryan maupun Vito. Yang ia pedulikan hanyalah kondisi Zea saat ini.

Beberapa menit kemudian,Jordan dikejutkan oleh pekikan seseorang yang memanggil namanya. Jordan pikir ia akan marah-marah tak jelas karena telah membawa Zea begitu saja.

"Gimana keadaan Zea?"tanyanya.

Dugaan Jordan salah,justru Beryl memperlihatkan ekspresi khawatir dan gusar. Dapat Jordan lihat,penampilan Beryl jauh dari kata rapi,bahkan ada darah kering di sudut bibirnya.

"Masih ditangani dokter."jawab Jordan. Sebenarnya ia ingin menyuruh Beryl untuk membersihkan dan mengobati lukanya. Namun,tentu ia gengsi dengan musuhnya satu ini.

Beryl duduk di kursi,ia mengusap kasar wajahnya frustasi. Hening beberapa saat.

"Gimana di sana?" Akhirnya Jordan mengangkat suara.

"Mereka ditangkap."balas Beryl. "Diurus sama Kak Zio."imbuhnya. Jordan mengangguk paham,mau tak mau untuk kali ini ia bekerja sama dan akur dengan Beryl.

"Lo kok bisa tahu-" Pertanyaan Beryl terpotong saat suara pintu terbuka menampakkan seorang dokter.

"Bagaimana keadaannya dok?"tanya mereka kompak. Sontak mereka saling bertatapan,tak lama masing-masing memutuskan pandangannya,kembali fokus pada dokter.

"Dia sekarang sudah sadar,luka-lukanya juga sudah kami obati dan bisa dipindah ke ruang rawat inap."jelas dokter.

"Baik terima kasih dok."

"Iya sama-sama."

*

Setelah dipindahkan,Beryl dan Jordan bisa menemani Zea di dalam ruangan. Terlihat mereka duduk di kedua sisi Zea.

"Masih sakit Ze?"tanya Jordan.

Zea menggeleng. "Nggak."jawabnya lirih,sebab mulutnya belum bisa terbuka lebar karena ada kapas dipipinya yang menutupi luka sayatan. Kaki dan tangannya pun dipenuhi perban.

Tatapan Zea beralih pada Beryl. "Ber."

Beryl yang semula menunduk,lantas mendongak membalas tatapan Zea. "Iya?"

"Lo kenal Davin?"tanya Zea.

Beryl mengangguk seraya tersenyum tipis. "Iya. Pasti Davin udah cerita semuanya kan?"

Zea menatap Beryl sendu. "Maafin gue Swara."ujarnya. Senyuman Beryl mengembang,akhirnya saat-saat yang ia nanti terjadi. Zea mengingatnya kembali.

"Wait,ini apa sih. Nggak ngerti gue." Jordan menaikkan alisnya sebelah bertanya-tanya.

"Kepo lo!"cibir Beryl. Jujur dari dalam hatinya,sebenarnya ia masih kesal dengan cowok itu.

"Dih! Gue nanya ke Zea,PD amat lo."balas Jordan ketus.

"Beryl itu sahabat gue waktu kecil. Dulu gue pernah cerita kan sama lo. Kalau gue punya dua sahabat cowok sebelum pindah ke Semarang."jelas Zea.

"Jadi—"

"Iya,Beryl itu Swara. Dan Davin itu Dede."imbuhnya. Jordan manggut-manggut paham,setelahnya melirik Beryl sinis. Sementara Beryl tak tahu apa arti tatapan itu.

"Jujur,gue gak tahu sama sekali tentang masalah keluarga gue dan keluarga Davin. Ardian cuma bilang pindah ke Semarang karena urusan bisnis."lanjut Zea.

LIZEA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang