Part 17

2K 147 0
                                    

............

"Ga semudah itu Jor."

"Kasih kesempatan dulu Ze. Kalo misalnya dia bohong,mama nya ga akan sampe depresi. Dan terutama adik lo. Lo punya adik,dia satu ayah sama lo."

"KALAU  GUE BILANG GA BISA YA GA BISA!" Zea berjalan cepat meninggalkan Jordan. Yang niatnya ke sini untuk berbincang senang dengan sahabatnya itu,tapi ending nya malah begini.

****

Zea masuk ke dalam rumahnya dengan tergesa-gesa,dadanya sudah sesak naik turun menahan emosi. Bisa-bisanya Fay mencuci otak sahabatnya.Itulah yang ada dipikiran Zea.

"Zea,kamu kenapa sayang." Bunda Ranty memberhentikan langkah Zea.

"Zea mau ke kamar."

"Tadi bunda ketemu Fay." ucap Bunda Ranty to the point. Zea yang awalnya memberontak ingin segera ke kamarnya,tiba-tiba menatap lekat bundanya,seolah-olah bertanya apa yang terjadi.

"Kamu udah tau kalau dia di Jakarta?" tanya bunda.

"Satu sekolah."

"Hah?" Zea mengangguk,air matanya tak bisa lagi ia tahan. Ia menangis dipelukan Bunda Ranty.Menyalurkan rasa sakitnya.

"Kenapa masa lalu itu kembali lagi bund." ujar Zea ditengah isakannya. Bunda Ranty mengelus pelan punggung Zea menenangkan.

"Zea udah berusaha kuat,seolah ga terjadi apa-apa,tapi kenapa semuanya datang menghantui lagi bund,kenapa? Zea capek." ujar Zea.

"Bunda ngerti sayang." Bunda Ranty menahan air matanya.Ia paling tidak bisa melihat anaknya rapuh seperti ini.Meskipun ia terlihat tidak peduli pada Zea,semua itu salah.Ranty sangat menyayangi Zea.Kesibukan kerjanya lah yang membuat ia jauh dengan putrinya sendiri meskipun berada dalam satu atap. Ia tahu bagaimana usaha Zea selama ini untuk menutupi kesedihannya. Zea adalah tipe orang yang tidak suka menunjukkan kesedihannya pada orang lain. Zea tak mau dicap lemah,maka dari itu kepribadian Zea berubah 180 derajat setelah kejadian itu. Zea yang dulu ceria dan terbuka pada orang-orang yang disayanginya sudah berganti menjadi Zea yang dingin,cuek,dan tertutup.

"Tumpahkan semua sayang,jangan ditahan.Bunda tau semua ini sungguh menyakitkan bagi kamu." Ranty tak bisa membendung air matanya lagi,sekarang sudah lolos begitu saja.

"Rasanya Zea ga sanggup lagi bun.Zea cape." Zea melepaskan pelukannya. Sontak bunda Ranty menangkup pipi Zea.

"Ngga sayang,kamu pasti kuat.Kita hadapi sama-sama ya.Jangan ngomong gitu lagi,bunda ga suka.Bunda yakin,anak bunda pasti kuat. Dan yakin,dibalik semua penderitaan yang kamu hadapi selama ini,pasti nanti ada kebahagiaan yang datang sayang."tutur Bunda Ranty meyakinkan putrinya. Mulutnya bergetar hebat.

Zea hanya diam saja tak menanggapi,air matanya terus mengalir.

"Kamu harus janji sama bunda. Kamu pasti kuat.Ya?" Ranty menyeka lembut air mata Zea lalu berpindah menyeka air matanya sendiri. Zea mengangguk sebagai jawaban.

"Zea mau istirahat." ucap Zea lirih. Bunda Ranty mengangguk dan tersenyum tulus.

****

Malam hari yang sunyi dan deru hujan deras seakan menggambarkan suasana hati Zea saat ini. Sekarang Zea berbaring miring dikasurnya sambil memandangi foto dimana ia,bunda,ayah,dan kakaknya tersenyum bahagia waktu itu. Hanya satu foto keluarga yang ia miliki.

Lagi-lagi air mata Zea luruh begitu saja. Dirinya sangat rapuh,dan ia membenci itu.

Zea mengusap air matanya kasar. "Gue benci,gue benci."lirihnya dengan mulut yang bergetar.

LIZEA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang