..........
Zea berdiri dari duduknya menghampiri Jordan,lalu tanpa berkata apapun ia menarik Jordan ke halaman belakang.
"Ada apa?"tanya Jordan bingung saat sampai di halaman belakang markas.
"Sorry kemarin gue marah-marah."ujar Zea dengan tampang datar,seperti tak bersalah.
"Yaelah santai aja kali,lagian gue juga yang udah bikin lo kesel. Jadi gue harus trima akibatnya."ucap Jordan disertai kekehan.
"Gue juga mau ngomong sesuatu."ujar Zea.
Jordan menaikkan alisnya sebelah. "Apa?"
Zea menghela nafasnya pelan. "Kakak udah balik ke New York."lirihnya.
"Iya gue udah tau."jawab Jordan. Zea menatap Jordan. "Dia juga pamitan ke gue,dan nitipin lo."sambungnya.
Mata Zea sudah dipenuhi air mata yang ia tahan.
"Kalau mau nangis,nangis aja. Tapi jangan lama-lama."kata Jordan. Sontak Zea memeluk Jordan erat. Jordan menerimanya tanpa penolakan,bahkan ia membalas pelukan Zea. Tangannya mengelus punggung sahabatnya itu menenangkan.
"Gausah sedih,masih ada gue disini. Yang gak bakal ninggalin lo sendirian. Gue bakal terus ada buat lo. Gue janji."ujar Jordan tulus.
"Jangan janji."sahut Zea. Tentu Jordan mengriyitkan dahinya bertanya-tanya.
"Kok gitu?"tanya Jordan.
Zea melepaskan pelukannya.
"Kata kak Zio,membuat janji memang mudah, tapi perlu kerja keras untuk menepati janji itu. Gue takut kalau lo gak bisa menepati janji itu. Dan malah buat gue sakit hati."jelas Zea.
Jordan tertegun dengan ucapan Zea. "Oke,kalau itu mau lo. Tapi gue bakal berusaha buat terus ada buat lo."
Zea mengangguk pelan seraya tersenyum tipis. "Iya,makasih."
Tangan Jordan terulur menyeka air mata Zea. "Udah ya,jangan nangis."ujarnya."
****
Seperti biasa,Zea berangkat sekolah dengan Jordan. Kini ia sedang menunggu manusia itu diterasnya. Entah bisikan dari mana ia bangun lebih pagi hari ini,dan Jordan yang malah kesiangan.
Zea berdecak kesal. Ia mondar-mandir di teras menunggu Jordan yang tak kunjung kelihatan batang hidungnya. Matanya terus memandang jam yang melingkar ditangan.
"Ck,pagi-pagi udah dibikin kesel sama tuh orang."gerutu Zea.
Ia kembali duduk,namun hatinya masih gelisah. Zea hanya tak ingin telat dan berurusan dengan BK atau anak OSIS.
"Berangkat sendiri kali ya."gumamnya. Akhirnya ia memutuskan untuk berangkat sendiri.
Sebenarnya ia ingin menaiki motor,karena dapat dipastikan jalanan Jakarta macet. Tapi ia harus berganti celana.
"Aduh gimana ya?"bingungnya. "Naik mobil aja deh,malas ganti."final Zea.
Zea memutuskan untuk menggunakan mobil,namun lewat jalan lain. Agar tidak terjebak macet.
Ia menancap gasnya agak ngebut. Tapi sama saja,ia tetap terjebak macet.
Zea lagi-lagi berdecak kesal. "Ck,pagi-pagi udah nguras emosi aja."gerutunya.
Setelah bermenit-menit diperjalanan yang dipenuhi dengan drama kemacetan. Akhirnya Zea sampai di sekolah.
Lagi-lagi ia dibuat emosi,sebab gerbang sekolahnya sudah ditutup.
"PAK!"teriak Zea memanggili satpam sekolah.
"Kamu sudah telat 20 menit lo."ujar pak satpam.
"Pak tolong,sekali ini aja izinin saya masuk ya."rengek Zea.
KAMU SEDANG MEMBACA
LIZEA (END)
Ficção AdolescenteLizea Clarranya James, seorang gadis remaja yang mempunyai kehidupan mewah dan kebebasan,orangtuanya tak pernah mengawasinya. Ia baru saja pindah ke Indonesia. Bergabung dengan salah satu geng motor populer,yang mempunyai musuh misterius. Terlebih l...