HF 3| Datang Bulan

5.8K 366 5
                                    

Happy reading~~

*****
Sejak pulang sekolah, Khansa tidak pernah keluar kamar, pintu kamarnya ia biarkan tertutup rapat. Perutnya saat ini sangat nyeri, semua tulangnya rasanya akan retak, badannya terasa sangat lemas. Belakangnya juga sangat sakit. Memang susah jadi perempuan, tiap bulan harus merasakan sakit di seluruh badan karena datang bulan.

Selesai makan siang, Saga berinisiatif untuk menghampiri Khansa ke kamarnya. Cewek itu sedari tadi tidak keluar kamar, Khansa juga belum makan siang.

Saga mengetuk pintu kamar Khansa. Tidak ada sahutan dari dalam membuatnya langsung membuka pintu itu, takut terjadi apa-apa pada anak gadis orang yang sudah menjadi tanggung jawabnya.

Benar saja, cewek itu berbaring dengan gelisah sambil memegangi perutnya. "Lo kenapa?" tanya Saga saat sudah berada di samping kasur. Cowok itu mendudukkan dirinya di ujung kasur.

Bibir pink alami cewek itu kini memucat membuat Saga panik. Apalagi ekspresi Khansa terlihat sangat kesakitan.

"Perut Khansa nyeri, Kak," adu Khansa sambil meringis. Matanya sudah berkaca-kaca. Ia memang cengeng saat hari pertama datang bulan dan Mamanya akan selalu berada di sampingnya. Tapi kini, mereka sudah tidak serumah.

"Habis makan apa di sekolah?" tanya Saga sambil mengelap keringat di pelipis gadis itu.

"Khansa datang bulan," ujar Khansa lirih. "Biasanya Mama akan obatin kalo perut Khansa sakit, sekarang Khansa harus gimana?" Cewek itu sudah menangis, nyeri diperutnya semakin menjadi.

"Jangan nangis, tunggu sebentar," ujar Saga kemudian ia berlari keluar kamar.

Setelah menghubungi Mama mertuanya sembari keluar rumah tadi, ia segera ke minimarket terdekat untuk membelikan obat nyeri haid untuk Khansa dan minyak kayu putih.

Tidak lupa juga ia membeli pembalut, Saga tidak tahu pembalut apa yang ia ambil karena ia tidak melihat model atau mereknya. Saga buru-buru, terlihat jelas ia sangat panik. Saga juga tidak tahu apakah Khansa membutuhkan pembalut atau tidak, ia hanya asal mengambil.

Saga tidak punya saudara perempuan, ia hanya punya sepupu tapi mereka tinggal di luar kota. Cowok itu tidak pernah dihadapkan dengan situasi seperti ini sehingga membuatnya panik luar biasa.

Saga berlari untuk naik ke lantai atas. "Maaf lama," ujarnya dengan napas putus-putus.

"Minum ini dulu," katanya setelah membuka penutup botol pereda nyeri haid.

Khansa bangun, kemudian menyandarkan dirinya di sandaran ranjang.

"Masih nyeri?" tanya Saga setelah Khansa memberikan kembali botol padanya.

Khansa hanya mengangguk.

"Sakit banget, Kak."

Saga menggaruk belakang kepalanya bingung. Saat tadi menelpon Mama ia disuruh mengoleskan minyak kayu putih ke perut Khansa jika nyerinya belum mereda.

Mbak Arini juga tadi izin pulang cepat setelah menyiapkan makan siang karena anak bungsunya sakit.

Dengan terpaksa Saga yang harus melakukannya karena ia tidak tega melihat Khansa kesakitan.

"Maaf, ya," ujar Saga sambil menyingkap kaus Khansa ke atas.

"Kak Saga mau ngapain?" tanya Khansa panik.

"Disuruh Mama olesin minyak kayu putih ke perut lo," jawab Saga tenang walau ia kesusahan meneguk ludah karena melihat perut putih mulus istrinya.

"Khansa rebahan kalo gitu."

Saga hanya mengangguk, entah suaranya hilang kemana. Khansa menidurkan dirinya, ia masih meringis saat Saga mengoleskan minyak kayu putih ke perutnya. Cewek itu menutup mata menahan rasa nyeri.

Hello, Future!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang