HF 19| Kecewa

5K 285 14
                                        

Happy reading~~

*****

Khansa sedang berada di dapur membuatkan segelas susu coklat panas untuk Saga.

Umur pernikahan mereka tidak terasa sudah tiga bulan. Saga masih sama. Kadang peduli, kadang cuek, kadang tidak peduli sama sekali. Cowok itu hanya perhatian jika Khansa sedang sakit, karena baginya menjaga Khansa adalah tanggung jawab.

Saga hanya akan panik dan pulang cepat dari kantor jika Khansa menelpon mengeluh karena kesakitan, semisal saat datang bulan. Tidak hanya sekali juga Khansa berpura-pura sakit hanya untuk menarik perhatian cowok itu.

Tapi akhir-akhir ini Saga sangat sibuk. Saga harus membagi waktunya antara belajar untuk persiapan ujian yang tinggal satu bulan lagi dan pekerjaannya di kantor yang juga semakin banyak.

Seminggu terakhir Saga selalu pulang larut malam karena menyelesaikan pekerjaannya atau ia hanya akan berdiam diri di kamar untuk berlatih mengerjakan soal-soal ujian tahun-tahun lalu.

Seperti sekarang, sejak pulang kantor jam 5 sore tadi, Saga belum keluar dari kamarnya. Khansa hanya bertemu dengan cowok itu saat melaksanakan shalat maghrib berjamaah. Selebihnya, Saga kembali mengurung diri memilih berkutat dengan soal-soal yang sangat memuakkan bagi Khansa.

Maka dari itu Khansa berinisiatif membuatkan susu coklat untuk Saga dan puding coklat kesukaan cowok itu yang resepnya ia pelajari dari Bunda.

Khansa sudah berada di depan pintu kamar. Ia membuka pintu menggunakan sikunya karena kedua tangannya memegang gelas dan piring.

"Kak?" panggilnya saat pintu berhasil terbuka.

Saga tersentak kemudian membagi pandangannya dengan ponsel yang menyala di depannya dan kedatangan Khansa diambang pintu.

"Khansa ganggu, gak?" tanya Khansa masih berdiri di tempat semula.

"Gue lagi belajar," sahut Saga kemudian berdiri menghampiri Khansa.

"Khansa bawain susu coklat sama puding buat nemenin Kak Saga belajar."

Saga mengambil alih segelas susu coklat dan sepiring puding dari tangan Khansa. "Makasih."

Khansa memanjangkan leher melihat kearah meja belajar Saga. Ia dapat melihat banyak buku-buku berserakan disana.

"Khansa boleh disini gak? Bosen di kamar terus."

"Nggak. Lo pasti ganggu," tolak Saga cepat.

"Saga? Ada apa?" Suara yang berasal dari meja belajar Saga membuat keduanya menoleh.

Khansa tersenyum masam. Kemudian menggangguk mengerti saat melihat dengan jelas wajah Alin terpampang di layar ponsel Saga.

"Maaf Kak, kalo Khansa ganggu. Silahkan lanjut belajarnya," ujarnya kemudian berbalik dengan mata yang sudah berkaca-kaca.

Dengan cepat Saga meletakkan piring dan gelas yang ia pegang ke lantai. Kemudian menahan lengan Khansa yang sudah hampir keluar dari kamar. "Lo mikir apa?" tanyanya sambil menarik Khansa dan menutup pintu kamar agar gadis itu tidak kabur.

Khansa diam karena ia tahu jika mengeluarkan suara maka air yang sekarang menggenang di kelopak matanya akan meleleh.

"Sa?"

Khansa masih diam. Gadis itu menundukkan kepala sambil menggigit bibir dalamnya kuat-kuat. Membiarkan Saga tetap memegang lengannya.

"Lo nggak berpikir gue sedang selingkuh, kan?" tanya Saga.

Khansa menggeleng.

Saga menghirup udara banyak-banyak. Tangannya tetap menggenggam pergelangan tangan Khansa, ia tidak ingin melepasnya. Hari ini ia cukup lelah. Pulang kantor sore hari dan harus belajar malam ini karena besok ada kuis di kelasnya. Karena Alin meminta tolong buat diajar, maka Saga pikir lebih baik sekalian saja. Ia juga sudah berjanji pada Alin.

Hello, Future!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang