HF 14| Permintaan Alinea

3.9K 259 5
                                    

Happy reading~~
*****

Jam istrahat membuat kelas XII IPS 2 yang biasanya ramai, sekarang menjadi sangat hening. Manusia-manusia di dalamnya memilih menggunakan waktu istrahat untuk memberi asupan pada cacing di perutnya.

Kecuali Saga. Seperti hari-hari sebelumnya cowok itu menghabiskan waktu di kelas seorang diri. Saga meletakkan ponselnya di atas meja saat ia selesai bermain game.

Cowok itu membuka tas lalu mengeluarkan tupperware berwarna pink yang selalu ia bawa sejak dua minggu belakangan. Ia selalu diejek oleh teman-temannya karena membawa bekal dengan tupperware yang sangat lucu. Tapi, Saga mana peduli.

Saga menghirup aroma makanan saat membuka bekalnya. Cowok itu tersenyum tipis kala mengingat pesan Khansa setiap hari. Bekalnya harus dihabisi ya kak, walaupun makanannya gak enak.

"Enak," pujinya dengan suara yang hanya bisa ia dengar sendiri. Cowok itu makan dengan lahap. Menikmati masakan sang istri.

"Saga?" panggil seseorang di pintu kelas yang kontan membuat Saga tersedak.

Gadis yang memanggil Saga tadi masuk ke dalam kelas dengan raut bersalah. "Alin, ngagetin Saga, ya?" tanya Alin panik.

Saga menggelengkan kepala kemudian menepuk-nepuk dadanya.

Nama: Saga
Hobi: tersedak saat makan.

"Ngapain?" tanya Saga heran saat dirasa tenggorokannya sudah membaik.

Alin menggaruk kepalanya kemudian memberikan cengirang kearah Saga. "Alin boleh minta tolong, gak?" tanya gadis itu sambil menangkupkan kedua tangannya.

"Apa?"

"Alin boleh minta diajarin matematika, gak?"

"Hah?"

Alin mendesah dengan berat hati. Cewek itu kini duduk di depan Saga. Matanya berkaca-kaca. "Argil nantang Alin harus dapat nilai minimal 80 saat ujian," jelas Alin mengeluarkan kegundahannya. Cewek itu meremas jemarinya.

"Minta ajarin Argil aja," usul Saga. Cowok itu menutup kotak bekalnya kemudian menyimpannya di laci meja.

"Gak boleh!" Alin menolak cepat. "Argil bilang, Alin harus usaha sendiri," keluhnya sambil mengerucutkan bibir.

Saga menggaruk belakang kepalanya bingung. "Kenapa minta tolong sama gue?"

Alin menyentuh tangan Saga yang berada di atas meja. Cewek itu kembali memohon. "Karena cuma Saga yang bisa nolongin Alin sekarang," balasnya.

Saga diam. Cowok itu menatap tangan Alin yang memegang tangannya. "Gue gak bisa," tolaknya kemudian segera menarik tangannya pelan.

Mata Alin semakin berkaca-kaca mendengar penolakan Saga. "Alin gak tau lagi harus minta tolong ke siapa," ucap cewek itu sedih.

Melihat Alin yang hampir ingin menangis, cowok itu menjadi tidak tega.

"Tapi gue sibuk," balas Saga. Ia tidak berbohong, karena mulai pekan depan ia sudah harus masuk ke kantor untuk magang agar nanti ketika menjadi CEO ia tidak kaget dengan dunia kantor.

"Alin gak tiap hari kok minta diajarin, kalo Saga gak bisa ngajarin langsung, boleh juga lewat chat." Alin menyahut dengan cepat. "Saga mau ya nolongin, Alin?" pintanya lagi masih berusaha.

Saga paling tidak bisa melihat Alin sedih. Sudah cukup perbuatannya dulu yang banyak membuat gadis itu sedih bahkan terluka.

"Yaudah," putus Saga akhirnya.

Mata Alin kini berubah berbinar. "Beneran?" tanya cewek itu antusias.

"Iya," jawab Saga tersenyum tipis melihat gadis itu tersenyum lebar.

Hello, Future!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang