HF 11| Jangan Marah

4.5K 292 5
                                    

Happy reading~~
*****

Sudah sekitar 15 menit Khansa di kamar Saga menyaksikan cowok itu yang sedari tadi mondar mandir seperti mencari sesuatu. Namun, saat Khansa bertanya cowok itu tidak menggubris malah sibuk dengan urusannya sendiri.

Khansa menghela napas sabar. Ia sudah pernah bilang kan, jika menjadi istri Sagala Kafeel harus banyak menyetok sabar.

"Kak Saga nyari apaan sih? Siapa tau Khansa bisa bantu," tanya gadis itu entah yang keberapa kalinya.

Seperti sebelumnya. Pertanyaan itu tidak terjawab. "Kak, kita udah mau telat! Kak Saga juga belum sarapan, biar Khansa bantu cariin," ujar Khansa yang mulai kesal.

Saga berhenti kemudian menghadapkan tubuh tingginya pada Khansa yang sedang bersedekap dada di atas kasurnya.

Saga meringis kemudian mengusap belakang kepalanya. Ia baru sadar sejak tadi mengabaikan gadis itu.

"Lo liat dasi gue, gak?" tanya cowok itu.

Khansa memelototkan mata tidak habis pikir. "Astagfirullah, Kak Saga!" geramnya.

"Kenapa?" tanya Saga bingung.

"Bilang kek dari tadi kalo nyariin dasi! Makanya kalo ditanya tuh jawab!" omel gadis itu yang justru membuat Saga hampir mengeluarkan kekehan.

Sejak kapan bini gue gemesin gitu.

"Ya..." Saga tidak tahu ingin membalas apa.

"Tunggu disini, Khansa ambilkan dasinya," ucap cewek itu kemudian beringsut dan keluar kamar.

Bibir Saga melengkung ke atas melihat punggung gadis itu yang menghilang ditelan pintu kamar.

Tidak lama Khansa kembali membawa sebuah dasi ditangannya.

"Nih." Khansa menyodorkan dasi itu pada Saga.

Bukannya menerima, Saga malah menarik Khansa, mengungkung cewek itu di tembok.

"Kak Saga mau ngapain?" tanya Khansa gugup karena Saga menatapnya dengan intens. Ia bahkan dapat merasakan hembusan napas cowok itu mengenai wajahnya karena Saga merendahkan tubuhnya hingga sejajar dengan Khansa.

Khansa menahan napas dengan jantungnya yang sudah berdebar kencang. "Pasangin," pinta cowok itu masih menatap Khansa dalam.

"Ayo, nanti telat," desak Saga sambil menuntun tangan Khansa ke lehernya untuk memasangkan dasi.

Khansa akhirnya melakukan perintah Saga walau jantungnya semakin berdetak tak karuan. Mata cewek itu fokus memasangkan dasi, ia takut kakinya akan melemas kala matanya mendongak sedikit menatap mata hitam pekat milik Saga.

Sedangkan Saga, cowok itu tersenyum tipis melihat istrinya yang menahan gugup setengah mati.

"Sa, jangan ditahan napasnya," ujar Saga lembut.

Khansa refleks memukul dada Saga karena merasa malu.

"Kak Saga rese!" ujarnya sambil menutup wajahnya yang sudah memerah dengan kedua tangan.

"Ayo sarapan," ajak Saga kemudian berjalan keluar kamar meninggalkan Khansa yang justru mencak-mencak disana.

"Kak Saga nyebelin! Khansa benci!" teriaknya pada Saga yang sudah menghilang dibalik pintu.

Diam-diam Saga tersenyum lebar, cowok itu menyandarkan tubuhnya di samping pintu kamar. Mendengar semua ucapan Khansa yang dilontarkan untuknya.

*****

Setelah sampai di parkiran, Saga membantu Khansa turun dari motor besarnya. Cowok itu juga membantu Khansa melepas hoodie yang tadi ia ikat dipinggang gadis itu untuk menutupi pahanya saat dibonceng.

Hello, Future!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang